MagzNetwork

Selama bulan Nopember - Desember 2010 ini, Fakultas Ilmu Budaya-Adab melaksanakan beberapa kegiatan praktikum. Kegiatan praktikum ini wajib diambil oleh mahasiswa (kecuali Program Studi D III PAD). Praktikum Tilawah merupakan praktikum yang harus diikuti seluruh mahasiswa Jurusan BSA, SKI, BSI dan IIP semester I. Sedangkan Praktikum KeIslaman merupakan praktikum wajib bagi mahasiswa yang duduk pada semester III. Untuk Praktikum TOEFL dan TOAFL harus diiikuti oleh mahasiswa semester V. Praktikum Tilawah telah dilaksanakan sejak Tahun Akademik 2007/2008, walaupun sebenarnya telah dilaksanakan sejak dulu dalam bentuk mata kuliah - Praktek Tilawah dengan bobot 0 (nol) Sks. Sementara itu, Praktikum keIslaman, untuk tahun akademik 2010/2011 merupakan kali kadua dilaksanakan. Sedangkan Praktikum TOEFL dan TOAFL, tahun akademik 2010/2011 merupakan praktikum yang pertama sekali dilaksanakan selama ini.



...selengkapnya...

Asrul Sani, sastrawan dan sutradara film jempolan yang pernah dimiliki Indonesia, begitu sederhana melihat manusia. Bagi putra Rao Pasaman yang merupakan sahabat karib Chairil Anwar ini, jenis manusia itu hanya ada dua : “Ada orang yang menganggap duduk di kursi sebagai sesuatu yang luks, dan berfikir atau berbuat sebagai hal yang biasa. Kemudian, ada yang menganggap duduk di kursi sebagai sesuatu yang biasa, tapi berfikir dan berbuat sebagai sesuatu yang luks”. Satu, berbuat terbaik karena posisi yang diemban, status yang disandang dan fungsi-peran yang dimiliki. Dua, berbuat baik dan maksimal, tanpa tergantung pada posisi dan jabatan yang disandang. Dan, Doktorandus Haji Raichul Amar Em.Pe.De, yang kesehariannya biasa dipanggil dengan Pak Men ini, bagi saya, bila meminjam kategorisasi sederhana Asrul Sani, termasuk insan manusia yang kedua. Menganggap berfikir dan berbuat itu adalah sesuatu yang substansial, memiliki nilai tinggi tanpa harus melihat, posisi dan jabatan apa yang disandangnya.

Sebagai orang yang sangat “senior” (baik ilmu dan pengalaman), Pak Men diakhir pengabdiannya, perkhidmatannya kata orang Malaysia, terus berbuat seperti Kuda Troya. Jabatan tertinggi yang pernah disandangnya sebagai Pembantu Rektor II serta Dosen Senior dengan golongan IV/c, sudah sepantasnya-lah beliau pada “detik-detik” terakhir sebelum pensiun, hanya menikmati “keseniorannya”. Datang ke kampus, menyapa, memberikan nasehat-nasehat “makro”, atau bertindak sebagai seorang Begawan dalam tradisi cultural perwayangan. Tapi, itu tidak dilakukan oleh satu-satunya dosen IAIN/UIN se-negeri Sumpah Palapa yang memenangi Kalpataru ini. Beliau tetap energik mengelola Jurusan IIP, sebagai ketua Jurusan. Sebuah jabatan yang sebenarnya “jauh” lebih rendah dibandingkan dengan, katakanlah, Pembantu Dekan II Fakultas Adab dan Pembantu Rektor II IAIN Imam Bonjol Padang, yang pernah disandangnya. Beliau tetap menganggap – sejauh yang saya rasakan dari interaksi interpersonal selama ini – jabatan tersebut bukan sesuatu yang luks. Jabatan itu biasa. Karena itu-lah, Beliau tetap energik mengelola Jurusan IIP seperti mengelola IAIN kala beliau menjadi Pembantu Rektor II. Keningnya tetap berkerut, khawatir dan cemas, kala Jurusan IIP mengalami “musibah” izin operasional. Untuk itu pula, beliau mau bolak balik “mancibuak” dan mengurus perizinan tersebut Jakarta-Padang. “Berkeringat” mengembangkan kualitas Jurusan IIP dan D III PAD, yang karena itu pula, beliau harus sering “hinggap” di Unpad dan UI, hanya untuk sekedar menjaga dan memastikan, apakah dosen-dosen Ilmu Perpustakaan Unpad Bandung dan UI Jakarta tetap mau membagi ilmu mereka pada civitas akademika IIP dan PAD. Beliau juga “berpeluh” menjaga hubungan baik dengan institusi-institusi di Sumatera Barat yang berpotensi membesarkan IIP dan PAD, ditengah-tengah keterbatasan financial yang ada. Dan itu beliau lakukan, dalam usianya dan perkhidmatannya yang sebenarnya hanya untuk ukuran seorang Begawan. Sungguh, Asrul Sani, tepat membagi jenis manusia.

Jika kita lihat lelaki dengan ransel yang disandang menyilang berjalan menyusuri kampus IAIN Imam Bonjol Padang, hampir setiap pagi dan jelang sore, jika kita ingat sosok berkacamata dengan tinggi sedang yang sangat menyukai olah raga “jalan kaki” yang juga disukai Mohammad Hatta kala dibuang di Bandarneira dulu, kita bisa iri kepadanya. Di usia 65 tahun, doktorandus Haji Raichul Amar Em.Pe.De, tetap energik seperti anak muda (dalam artian positif). Hampir tak pernah – bahkan tak pernah sama sekali – saya melihat beliau menyetir mobil sendirian (bukan berarti beliau tak punya mobil. Mobilnya merasa “sedih” karena tak pernah diduduki doktorandus Haji Raichul Amar Em.Pe.De ini). Selalu mencintai yang namanya “olah raga” jalan kaki. “Menyehatkan badan dan membuat kita senantiasa berinteraksi dengan berbagai fenomena yang terlihat”, katanya suatu ketika kala “mentraktir” saya minum Kopi Gingseng. Karena itu pulalah mungkin, beliau tidak pernah kehilangan stock “menulis”. Ide terus bermunculan, selalu actual. Bila pada umumnya insan akademik selalu menulis dalam bentuk teks-buku, maka “menulis” a-la Doktorandus Haji Raichul Amar Em.Pe.De adalah melalui foto-foto yang indah, “menggigit” dan actual. Dalam sebuah catatan Yurnaldi, seorang koresponden Kompas pada tahun 1995, Doktorandus Haji Raichul Amar Em.Pe.De dianggap sebagai insane akademik yang menyampaikan ide dan gagasannya dalam “ranah” yang dianggap asing oleh mereka yang bergelut dalam dunia akademik. Tapi disitulah kekuatan Doktorandus Haji Raichul Amar Em.Pe.De. Sesekali, beliau juga berpuisi. Saya tak tahu, darimana beliau belajar menulis puisi. Namun, kala saya membaca autobiografi-nya yang ditulis dalam format puisi serta buku-nya yang berjudul “Sarok”, saya berfikir, kita tak akan gamang bila beliau disandingkan dengan Taufik Ismail dalam sebuah forum seminar tentang pusi, katakanlah demikian.

Waktu demi waktu, energi dan fikiran dicurahkan beliau. Tanpa terasa, sudah 33 tahun beliau yang humoris ini, berkhidmat di IAIN Imam Bonjol Padang. Saya secara pribadi, telah berinteraksi dengannya sejak tahun 1993. Interaksi intens sekitar 10 tahun. Terlepas dari semua kelebihan dan kekurangannya, bagi saya beliau sangat inspiratif. Di akhir beliau berkhidmat, beliau masih sempat menghidupkan sebuah tradisi yang jarang dihidupkan insane akademik, khsususnya di IAIN Imam Bonjol Padang, yaitu “pergi tampak punggung” dengan meninggalkan sebuah teks-buku. Penyair Kahlil Gibran suatu ketika pernah berkata, "Jangan kau tangisi hilangnya harus mawar di taman, tapi tangisilah kehilangan tradisi menanam mawar itu". Bukan harumnya, tapi tradisi untuk menciptakan keharuman itu. Dari mana datangnya harum, bila kita tak menanam sumber harum tersebut ?.
Indonesia, dibangun oleh banyak sekali orang, yang beberapa di antara mereka adalah para pecinta buku, para pemamah buku dan para penulis buku. Banyak sekali fragmen sejarah yang bisa menggambarkan hal itu. Saya akan langsung ingat kutipan Hatta yang sangat terkenal : "Selama aku bersama buku kalian boleh memenjarakanku di mana saja, sebab dengan buku pikiranku tetap bebas." Hatta, lewat kutipannya itu, tampak benar sebagai orang yang sangat mencintai dan menghargai buku. Jika ingatan saya tidak berkhianat, kutipan itu muncul dalam buku Memoir yang ditulis Hatta sendiri. Kutipan itu muncul dalam konteks ketika Hatta sedang mengisahkan hari-harinya yang sepi di tanah buangan di Digul pada 1934, yang lantas berlanjut di pulau Ende pada 1936. Saya kira orang tak cukup alasan untuk menyebut kutipan itu tak lebih sebagai sok pamer. Dari buku ke buku, dari tulisan ke tulisan, sambung-menyambung menjadi satu, itulah insane akademik. Sayangnya, itu insane akademik dulu, setidaknya (sekali lagi) apa yang terdapat dan berlaku di IAIN Imam Bonjol Padang. Maka Doktorandus Haji Raichul Amar Em.Pe.De diakhir masa tugasnya kembali menghidupkan tradisi tulis, meninggalkan “ranah” aktualisasi peran formalnya dengan meninggalkan buku Refleksi Pengabdiannya selama ini di IAIN Imam Bonjol Padang. Sebuah usaha mengharumkan tradisi, sebagaimana yang dikatakan Kahlil Gibran diatas. Itulah Pak Men, selalu memberikan inspirasi bagi orang lain. Tak salah, bila seandainya saya ingin mengatakan, bahwa beliau adalah : “Seonggok Sejarah dalam Miniatur yang Padat”. 33 tahun adalah onggokan sejarah. Dan, selama 33 tahun tersebut, terlampau sedikit yang bisa diceritakan beliau dan yang bias kita tangkap. Selamat menempuh “ranah” yang lain, pak Men. Dan saya yakin, Bapak akan terus inspiratif. “Kenalkan, nama saya Raichul Amar, biasa dipanggil Men !”. Itulah kalimat yang pertama sekali saya dengar dari beliau, ketika memperkenalkan diri, di suatu tempat dan ruangan, kala pertama saya mengikuti tes masuk IAIN Imam Bonjol Padang tahun 1993. Rasanya baru kemaren !

(c) Muhammad Ilham
...selengkapnya...

Pelatihan Public Relation bagi Mahasiswa

Diposting oleh Fakultas Ilmu Budaya - Adab | 20.37 | | 0 komentar »


Public Relation (PR) atau kadang disebut dengan istilah Hubungan Masyarakat (humas) memiliki posisi yang sangat penting dalam organisasi, manajemen dan kepemimpinan, terutama bila sering berinteraksi dengan masyarakat luas. PR sangat menentukan perwajahan organisasi dan style kepemimpinan tersebut di mata masyarakat luas. Hal tersebut disebabkan karena PR-lah yang merupakan salah satu front liner penting dalam berkomunikasi dengan masyarakat. Untuk itu, di dalam sebuah PR sangat penting untuk bisa mengelola manajemen komunikasi. Mahasiswa, sebagai insan akademik yang nantinya berinteraksi dengan masyarakat setelah menamatkan studinya di Perguruan Tinggi, sangat urgen sekali dibekali dengan kemampuan pengelolaan manajemen komunikasi. Karena itulah, Fakultas Ilmu Budaya - Adab melaksanakan kegiatan Pelatihan Public Relation bagi mahasiswa.

Bertempat di Aula Fakultas Ilmu Budaya-Adab IAIN Imam Bonjol Padang, Pelatihan yang dibuka secara resmi oleh Dekan Fakultas Ilmu Budaya-Adab, Drs. Irhash A. Shamad, M.Hum, ini diikuti oleh 36 orang mahasiswa yang merupakan utusan dari masing-masing Jurusan di lingkungan Fakultas Ilmu Budaya-Adab. Kegiatan Pelatihan ini berlangsung selama 2 hari (11-12 Nopember 2010) yang menghadirkan pembicara/narasumber dari lingkungan IAIN Imam Bonjol Padang dan Praktisi PR/EO di Sumatera Barat.
...selengkapnya...

DR. H. Ahmad Shafwan Nawawi, M.Ag dalam Kenangan

Diposting oleh Fakultas Ilmu Budaya - Adab | 09.19 | | 0 komentar »

Selamat Jalan ......Saudaraku!


Belum berjarak dua minggu, aku sepertinya harus menulis lagi catatan harian yang lagi-lagi bernada lirih, karena duka atas” kepergian” orang-orang yang sangat dekat denganku. Setelah Ibunda, kepergian seorang saudaraku, yang sejak lebih dari tiga puluh tahun selalu bersama, kembali mengusik ruang kesadaranku. Saudaraku itu adalah Dr. H. Ahmad Shafwan Nawawi, M. Ag dan aku memanggilnya secara akrab dengan sebutan Pak Haji. Ia dipanggil oleh Yang Maha Kuasa menghadapNya pada dini hari Rabu 20 Oktober 2010 (jam 00.10) setelah menjalani operasi tumor ginjal di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. Pak Haji denganku (sejak 33 tahun yang lalu) sama-sama mengayuh dalam satu biduk untuk mengemban amanah cita-cita, mengawali pendidikan tinggi sejak tahun 1977 di fakultas yang sama (Adab), dan setelah selesai menamatkan studi, di sini pulalah kami sama-sama mengawali karir sejak dari CPNS (Cados) pada tahun 1986 yang lalu. Meski kami memiliki latar pendidikan menengah yang sama, namun di sini kami memilih bidang studi yang berbeda, tapi perbedaan bidang studi itu pulalah yang terkadang membuat kami merasa selalu harus bersama. Bila pak Haji memilih studi Sastra Arab, aku memilih menekuni Sejarah dan Kebudayaan Islam.

Bagai halilintar menggelegar di tengah malam kurasakan saat aku mendengar informasi ‘kepergiannya’ yang aku terima beberapa menit setelah ia dinyatakan berpulang ke rahmatullah di ruang perawatannya nun di Jakarta sana. Saudaraku yang beberapa waktu sebelumnya masih terlihat segar tanpa sedikitpun ada bayangan sakit yang dideritanya, ternyata telah ‘pergi’ menghadap Khaliqnya. Masih segar dalam ingatanku dialog canda kami menjelang Ramadhan 1341 yang lalu sebelum almarhum berangkat ke Australia menunaikan tugas keummatan selama bulan suci itu. Kami “menertawakan” berbagai hal ketimpangan persepsi yang terjadi di lembaga kami yang kemudian menimbulkan dilemma antara tugas keummatan atau keislaman dengan realitas administratif pendidikan oleh Negara, meski lembaga ini sesungguhnya mempunyai misi yang berorientasi keummatan dan keislaman, namun dimensi administrasi sering membuat hakikat misi itu menjadi kaku. Dialog ini terjadi sehubungan dengan proses izin Pak Haji meninggalkan tugas-tugas selama berdakwah ke Australia. Sebagai atasan administratif ada keharusan aku harus berjalan diatas aturan-aturan kaku yang terkadang bertolak belakang dengan pemikiranku. Pak Haji sangat memahami itu, namun, disinilah aku betul-betul melihat komitmen seorang Shafwan khusus dalam hal sikap keberagamaannya, “Bagiku tidak ada persoalan izin, karena yang akan kujalankan adalah misi lembaga kita juga, meski konsekuensinya saya harus diberhentikan sebagai pegawai negeri” ini dikemukakannya kepadaku setelah berbagai upaya untuk mendapatkan izin dari pihak pimpinan tertinggi lembaga kami, mengalami kebuntuan. Tema inilah yang kemudian memotivasi kami untuk terlibat dalam pembicaraan panjang sebelum Ramadhan itu. Perlu aku kemukakan, bahwa meskipun secara administratif aku adalah atasannya, namun dalam keseharian kami tetaplah sebagai teman. Jujur aku katakan bahwa sejak dulu dia banyak memberikan inspirasi terutama dalam hal sikap keberagamaanku, bahkan dalam hal ini kuakui, dia (sesungguhnya) adalah guru bagiku. Ini pulalah alasannya, kenapa dari dulu aku tidak pernah memanggilnya dengan menyebut nama tapi dengan sebutan Pak Haji, meski kami masih dalam satu generasi dan hanya terpaut beberapa tahun saja.

Meski antara aku dan Pak Haji memiliki kesamaan karir dan tujuan, namun kami pernah menempuh jalan yang berbeda. Kami miniti karir sebagai dosen fakultas Adab bersama-sama dalam bidang yang berbeda. Beberapa tahun kami pernah terpisah sebelum menyelesaikan tingkat sarjana, pak Haji menambah wawasan luar negeri (Sudan) sedangkan aku hanya memilih menuntaskan studi di fakultas Adab, namun kamipun akhirnya bersama kembali dalam menyelesaikan kesarjanaan di fakultas yang sama. Selesai pendidikan tingkat sarjana, pada tahun 1986, kamipun sama-sama membaktikan diri di dua lembaga yang dibentuk di almamater kami ; Aku memimpin Lembaga Kebudayaan Islam, sedangkan pak Haji memimpin Lembaga Bahasa dan Tarjamah pada fakultas yang sama, itupun karena perbedaan bidang yang kami tekuni masing-masing. Begitu juga selama berkarir sebagai dosen di fakultas Adab kamipun pernah memiliki interest aktifitas yang berbeda, pak Haji lebih banyak beraktifitas di bidang keagamaan dan kemasyarakatan serta beberapa waktu di dunia politik, sementara aku lebih banyak menekuni aktifitas internal lembaga saja. Aktifitas sosial keagamaannya itulah yang, menurutku, telah membentuk karakater yang begitu kuat dalam keperibadiannya. Bahkan prestasi pribadi dalam bidang ini boleh di bilang luar biasa, meski pernah (di waktu tertentu) dia hampir betul-betul “terjerumus” di dunia politik dan mengabaikan tujuan ideal pendidikannya sendiri dan bahkan nyaris mengabaikan karirnya di dunia perguruan tinggi. Tapi ini pulalah yang kemudian telah membuat aku begitu salut dari saudaraku ini. Pada saat ia “kembali” ke habitat semula, ia menyatakan padaku : “cukuplah bagi saya pengalaman dunia politik untuk proses pembelajaran, saya ambil apa yang seharusnya berguna bagi cita-cita ideal saya dalam berkomitmen pada umat”. Setelah itu, ternyata komitmen ini dia buktikan, dan secara kebetulan pula “pembelajaran” yang berguna itupun sangat mendukung cita-cita idealnya. Meskipun kemudian, kami kembali bersama dalam membaktikan diri di dunia pendidikan, namun aktifitas sosial yang dijalankannya tidak terlihat menurun, tapi justru malah makin menguat, komitmennya terhadap umat tidak makin pudar justru semakin mendapatkan bentuknya yang kokoh. Ini terbukti dari beberapa aktifitas keummatan yang dijalankannya beberapa tahun terakhir. Tanpa mengenal lelah ia membaktikan dirinya untuk pemberdayaan umat, meski dia harus membagi waktu secara ketat untuk tetap memenuhi tugas-tugas kelembagaan kami yang menjadi tugas utamanya. Ia membaktikan waktu-waktunya yang tersisa untuk berbakti pada umat. Namun sangat disayangkan pengabdiannya yang “keras” ini telah meluputkan perhatiannya pada kesehatan dirinya sendiri. Dari dulu aku mengerti betul tentang betapa kuatnya dia memegang sebuah komitmen, meski untuk itu dia harus mengorbankan kepentingannya sendiri, dia sosok pribadi yang tanpa pamrih bila itu menyangkut umat. Namun, sangat kusesali kenapa akupun luput mengingatkan dia untuk menyeimbangkan kedua interes ini dalam kehidupannya.

Kepergiannya membawa duka yang begitu dalam bagiku, dan tentunya juga, bagi banyak orang. Perasaan kehilangan seorang sosok teman dalam arti yang sesungguhnya. Banyaknya orang yang menunjukkan simpati atas kepergiannya cukup membesarkan hati, betapa temanku ini semasa hidupnya sangat berarti bagi banyak orang, namun itu belum cukup untuk mengurangi rasa duka atas kepergiannya. Sikap hidup yang dia tunjukkan telah memberi pelajaran berharga, setidaknya bagi aku sendiri. Masih banyak “dialog yang aku perlukan dengannya…..tapi ia keburu pergi menemui sang Khaliq. Selamat Jalan Saudaraku……..semoga pengabdianmu dibalasi oleh Allah dengan balasan yang setimpal, amiin !


© Irhash A. Shamad / www.sarunaimalam.blogspot.com
Photo Courtesy : Muhammad Ilham
...selengkapnya...

Wisuda I Tahun Akademik 2010/2011

Diposting oleh Fakultas Ilmu Budaya - Adab | 16.35 | | 0 komentar »

Pada hari Sabtu tanggal 18 September 2010 yang lalu, Fakultas Ilmu Budaya - Adab (FIB-Adab) bersama-sama dengan fakultas-fakultas lain di lingkungan IAIN Imam Bonjol Padang kembali mewisuda lulusannya. Wisuda kali ini diselenggarakan di Teater Utama Taman Budaya Padang, karena Aula/Hall IAIN Imam Bonjol Padang tidak bisa digunakan akibat Gempa 30 September 2009 yang lalu.

Wisuda I Tahun Akademik 2010/2011 ini, FIB-Adab menyertakan 161 (seratus enam puluh satu) wisudawan-wisudawati, yang terdiri dari 8 (delapan) orang dari Jurusan Bahasa dan Sastra Arab, 26 (dua puluh enam) dari Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, dan 35 (tiga puluh enam) dari Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris. Sedangkan dari Jurusan Ilmu Informasi dan Perpustakaan sebanyak 22 (dua puluh dua) orang ,dan Program Diploma III Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi sebanyak 70 (tujuh puluh) orang (termasuk Program Rintisan Gelar D.III PAD kerjasama FIB-Adab dengan Balitbang Kementerian agama RI, sebanyak 30 orang). Dalam Wisuda kali ini FIB-Adab menelorkan wisudawan terbaik Institut, yaitu Hilda Rohima (BP.106.134) dengan IPK 3.77 yudisium Cumlaude.

Usai pelaksanaan wisuda di Taman Budaya Padang, sorenya dilaksanakan pula Inougurasi wisudawan-wisudawati Fakultas Ilmu Budaya-Adab di Aula FIB-Adab Lubuk Lintah Padang. Acara Inougurasi ini selain dihadiri oleh wisudawan-wisudawati, orang tua wisudawan, juga oleh dosen-dosen FIB-Adab sendiri.

Dalam kesempatan Inuogurasi kali ini, Dekan FIB-Adab menyerahkan bingkisan kepada wisudawan-wisudawati terbaik Fakultas dari setiap jurusan, antara lain : Jamal Mirdad (106.111) dari jurusan SKI, Dewi Mayanti Siregar (106.097) dari jurusan BSA, Hilda Rohima (106.134) dari jurusan BSI, Risna (108.208) dari jurusan IIP, dan Yulimiarti (607.064) dari program D.3 PAD

Dalam sambutannya pada acara inougurasi ini Dekan Drs. Irhash A. Shamad , M. Hum, mengemukakan bahwa wisuda sebagai bagian dari prosesi akademik, tidak hanya untuk menganugerahkan gelar kesarjanaan kepada lulusan yang dianggap telah memenuhi persyaratan akademik, akan tetapi sebuah pengakuan terhadap satu tahap proses pendewasaan intelaktualitas dari perguruan tinggi. Akan tetapi, menurutnya, yang perlu diingat adalah bahwa pengakuan intelektualitas seseorang yang sesungguhnya adalah dari masyarakat dan dunia kerja. Ia mengharapkan kepada semua lulusan yang telah diwisuda seyogianya harus selalu memiliki karakter intelektualitas itu, yaitu sebagai sarjana yang beriman dan bertaqwa, kritis, kreatif, inovatif, serta cinta ilmu dalam kondisi dan situasi apapun, demikian Dekan.
...selengkapnya...

Halal bi Halal Keluarga FIB-Adab 2010

Diposting oleh Fakultas Ilmu Budaya - Adab | 19.05 | | 0 komentar »


Bertempat di Aula FIB-Adab IAIN IB Lubuk Lintah pada hari Kamis 16 September 2010 telah dilaksanakan acara Halal bi Halal Keluarga Besar Fakultas Ilmu Budaya-Adab IAIN Imam Bonjol Padang. Acara Halal bi Halal kali ini, berbeda dari tahun-tahun lalu yang ditradisikan pada fakultas ini yaitu dengan melaksanakan kunjungan rumah ke rumah secara bergantian, namun karena berbagai kesibukan yang padat sehabis lebaran tahun ini, maka kegiatan kunjungan itu diganti dengan pertemuan silaturrahmi seperti ini, demikian dikemukakan oleh panitia pelaksana.

Hadir dalam acara halal bi halal ini, selain keluarga besar FIB-Adab, juga oleh Rektor IAIN Imam Bonjol yang diwakili oleh Pembantu Rektor bidang kemahasiswaan Prof. Dr. H. Salmadanis, Kepala Biro AUAK Drs. H. Amrul Wahdi, MM, serta beberapa mantan Dekan yaitu antara lain. DR. H. Nukman, Dr. H. Saifullah, SA, MA dan Drs. Yulizal Yunus, M. Si. Acara ini diisi dengan taushiah yang diberikan oleh Drs. H. Syamsir Roust, MA, dosen/mantan Pembantu Dekan I FIB-Adab.

Dekan FIB-Adab Drs. Irhash A. Shamad, M. Hum., dalam sambutan halal bi halal kali ini mengemukakan bahwa tradisi halal bi halal seyogianya perlu dimaknai dalam terminologi budaya, karena tradisi Halal bi Halal, (dan bukan 'Open House' sebagai yang di trendkan saat ini), betul-betul terlahir dari masyarakat muslim Indonesia dan tidak ada negara manapun memiliki tradisi ini, bahkan juga di negara-negara Islam lainnya. kata halal bi halal, meski tersusun dari kata-kata Arab, akan tetapi terminologi ini tidak ada dalam bahasa Arab sendiri. Namun menurutnya, tradisi halal bi halal ini selayaknya perlu dilestarikan, karena banyak nilai-nilai positif yang terdapat pada tradisi ini dalam memperbaiki silaturrahmi antar umat, bahkan ini sangat dianjurkan oleh ajaran Islam sendiri dalam rangka menyempurnakan ibadah Ramadhan yang telah dilaksanakan sebelumnya. Selain itu Dekan juga menyampaikan selamat Idul Fitri 1431 H dengan permohonan maaf lahir dan bathin kepada semua pihak, atas semua kesalahan dan kekhilafan dalam interaksi yang terjadi selama ini, baik secara pribadi, keluarga, maupun secara kedinasan sebagai pimpinan FIB-Adab.

Sementara itu Drs. Syamsir Roust dalam tashiyahnya mengemukakan nilai-nilai Islam dalam tata pergaulan yang perlu lebih ditingkatkan secara terus menerus, bahkan tidak hanya ketika lebaran saja. Dalam lingkungan internal sebuah institusi, hal ini tentu akan mendorong peningkatan kinerja dalam rangka pencapaian tujuan institusi itu sendiri. Taushiyah yang disampaikan dengan penuh canda dan homor ini telah menyemarakkan suasana halal bi halal kali ini.
...selengkapnya...

Selamat Datang Mahasiswa Baru Fakultas Ilmu Budaya - Adab

Diposting oleh Fakultas Ilmu Budaya - Adab | 09.29 | | 0 komentar »

Untuk Tahun Akademik 2010/2011, sebanyak 218 orang mahasiswa baru bergabung dengan Fakultas Ilmu Budaya - Adab IAIN Imam Bonjol Padang. Mahasiswa baru ini tersebar pada beberapa Jurusan dan Program Studi di Fakultas Ilmu Budaya - Adab. 218 orang tersebut terdiri dari 19 orang pada jurusan Bahasa dan Sastra Arab (BSA), 11 orang pada Program Khusus Bahasa dan Sastra (PKBSA) Arab dan 47 orang di Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI). Sementara itu, mahasiswa baru Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris (BSI) berjumlah 31 orang, Jurusan Ilmu Informasi dan Perpustakaan (IIP) 77 orang, dan terakhir Program Studi Diploma III Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi berjumlah 33 orang.


Dari tanggal 2 hingga 6 Agustus 2010, seluruh mahasiswa baru Fakultas Ilmu Budaya - Adab IAIN Imam Bonjol Padang ini bergabung dengan mahasiswa-mahasiswa baru Jurusan-Jurusan lain di lingkungan IAIN Imam Bonjol Padang mengikuti Orientasi Pengenalan Kampus (OPAK) IAIN Imam Bonjol Padang Tahun Akademik 2010/2011. Selamat datang dan selamat bergabung !
...selengkapnya...

Praktikum Pengamatan Budaya

Diposting oleh Fakultas Ilmu Budaya - Adab | 14.48 | | 0 komentar »

Untuk memberikan pengalaman lapangan bagi mahasiswa serta meningkatkan sensitifitas mahasiswa terhadap fenomena sosial budaya di tengah-tengah masyarakat, Fakultas Ilmu Budaya - Adab IAIN Imam Bonjol Padang melaksanakan Praktikum Pengamatan Budaya. Kegiatan yang sempat terundur beberapa minggu ini, diikuti oleh 113 orang mahasiswa mahasiswa semester empat Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dan Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris.

Praktikum dilaksanakan selama dua hari (tanggalo 3 - 4 Juli 2010) di beberapa lokasi yang diasumsikan masih "kental" nilai-nilai adat keminangkabauan dalam interaksi sehari-hari. Lokasi-lokasi tersebut yaitu : Gunuang Sariak, Pasa Lalang, Guo dan Kapalo Koto (Kecamatan Kuranji), Alai, Gunuang Nago, Pasar Baru, Sungai Balang (Kecamatan Pauh) dan Bandar Buat, Koto Lalang, Tarantang dan Baringin (Kecamatan Lubuk Kilangan). Praktikum berjalan dengan baik, mendapat sambutan positif dari masyarakat dan stake holder.
...selengkapnya...

Pelatihan Kewirausahaan Mahasiswa

Diposting oleh Fakultas Ilmu Budaya - Adab | 16.18 | 0 komentar »

Untuk meningkatkan jiwa kewirausahaan (enterpreneurship) mahasiswa, Fakultas Ilmu Budaya - Adab IAIN Imam Bonjol Padang melaksanakan Pelatihan Kewirausahaan Mahasiswa. Pelatihan yang diikuti oleh 27 orang (perwakilan) mahasiswa ini, dilaksanakan pada tanggal 18 dan 19 Juni 2010 yang lalu. Dalam pelatihan ini, pemateri berasal dari praktisi, stake holder dan kalangan dosen yang concern dengan dunia usaha dan kewirausahaan. Diantara pemateri yang memberikan materi-materi kewirausahaan, antara lain Direktur BPD Sumatera Barat, kalangan dosen, praktisi dunia usaha dan pemateri dari Dinas Perdagangan Sumatera Barat.


...selengkapnya...

Praktikum Pengamatan Budaya 2010

Diposting oleh Fakultas Ilmu Budaya - Adab | 18.43 | | 0 komentar »

Fakultas Ilmu Budaya - Adab IAIN Imam Bonjol Padang, untuk kali pertama melaksanakan Praktikum Pengamatan Budaya. Praktikum Pengamatan Budaya ini merupakan penambahan bobot praktis kompetensi budaya sebagai penciri lulusan Fakultas Ilmu Budaya. Praktikum ini diikuti mahasiswa semester IV (empat) Jurusan Bahasa dan Sastra Arab, Bahasa dan Sastra Inggris dan Sejarah Kebudayaan Islam. Pada prinsipnya, praktikum ini bertujuan untuk memberikan lapangan bagi mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan aplikasi bidang keilmuan, terutama untuk merangsang tumbuhnya sensibilitas dan responsibilitas terhadap persoalan-persoalan budaya (Islam) yang aktual ditengah-tengah masyarakat. Diharapkan akan bermanfaat untuk mempersiapkan mahasiswa agar memiliki kemampuan mengamati dan memberikan kontribusi keilmuan terhadap persoalan-persoalan budaya masyarakat setelah mereka menamatkan studi.

Untuk tahun 2010 ini yang merupakan kali pertama, Praktikum Pengamatan Budaya dilaksanakan pada tanggal 12 s/d 13 Juni 2010 dengan terlebih dahulu mengikuti pembekalan pada tanggal 23 Mei 2010. Objek praktikum difokuskan pada daerah-daerah yang diasumsikan masih kental menggunakan tradisi kultural (Islam) Minangkabau yaitu di Kecamatan Kuranji (Gunuang Sariak, Pasa Lalang dan Guo), Kecamatan Lubuk Kilangan (Bandar Buat, Koto Lalang, Tarantang dan Baringin), Kecamatan Pauh (Kapalo Koto, Alai, Gunuang Nago, Pasa Baru dan Sungai Balang) serta Kecamatan Koto Tangah (Balai Gadang dan Koto Panjang Paseban).
...selengkapnya...