MagzNetwork

Workshop Penasehat Akademik Fak. Adab

Diposting oleh Fakultas Ilmu Budaya - Adab | 08.38 | | 0 komentar »

Bertempat di Aula Fakultas Adab, pada hari Selasa tanggal 13 Desember 2011, dilaksanakan Workshop Ke-PA-an (Penasehat Akademik). Acara ini dilaksanakan selama satu hari dengan menghadirkan 2 orang narasumber utama yaitu : Dr. Marjohan, M.Pd (Dosen BK FIP UNiversitas Negeri Padang) dan Dr. Gusril Kenedi, M.Pd (Dosen Fak. Tarbiyah IAIN Padang). Kegiatan ini diikuti oleh lebih kurang 50 (lima puluh) orang dosen Fak. Adab.

Menurut Dekan, DR. Firdaus, M.Ag, kegiatan ini dilaksanakan untuk mencari masukan-masukan agar tugas dan fungsi serta peran Penasehat Akademik agar lebih maksimal dan optimal ke depan. Apa yang disampaikan oleh Dekan ini sesuai dengan tema Workshop : "Revitalisasi Peran, Fungsi dan Tugas Penasehat Akademik (PA)".
...selengkapnya...

Pengumuman Lelang

Diposting oleh Fakultas Ilmu Budaya - Adab | 22.40 | 0 komentar »

PENGUMUMAM PELELANGAN SEDERHANA

Nomor : PAN-PEM/FD-IAIN/IX/2011

Tanggal : 6 Desember 2011

Panitia Pengadaan Barang dan Jasa pada Fakultas Dakwah IAIN Imam Bonjol Padang Tahun Anggaran 2011 akan melaksanakan Pelelangan Sederhana untuk kegiatan sebagai berikut :

1. Kegiatan:

No

Nama Pekerjaan

Lokasi

Nilai HPS/PAGU

Klasifikasi/ Kualifikasi

1

Pengadaan Mobiler Fakultas Dakwah.

Fakultas Dakwah IAIN IB.Padang.

Rp. 142.800.000,-

2. Persyaratan Pendaftaran :

  1. Photo copy Tanda Bukti Diri (KTP)
  2. Photo copy Akte Pendirian Perusahaan Beserta Perubahan Terakhir.
  3. Photo copy SBU yang masih berlaku.
  4. Pendaftar harus Direktur/pimpinan Perusahaan, bagi yang dikuasakan harus membawa surat kuasa Asli dari Direktur/Pimpinan Perusahaan diatas kertas berkop dan bermaterai Rp.6.000,- (Penerima kuasa harus yang namanya tercantum dalam Akta Pendirian Perusahaan).
  5. Kualifikasi (kecil).
  6. A. (sub bidang pengadaan barang/jasa)

3. Pelaksanaan Pengadaan :

Tempat dan Alamat : Fakultas Dakwah IAIN Imam Bonjol Padang Kampus Lubuk Lintah Padang.

Website : www.adabpadang.blogspot.com

4. Jadwal Pelaksanaan Pengadaan

No

Kegiatan

Hari / tanggal

Waktu

1

Pendaftaran dan Pengambilan Dokumen Pengadaan.

6 s/d 8

Desember 2011

09.00 Wib s/d 13.00 Wib.

2

Pemberian Penjelasan

9 Desember 2011

09.00 Wib sampai selesai

.

3

Pemasukan Dokumen Penawaran.

10 Desember s/d 12 Desember 2011

09.00 Wib s/d 13.00 Wib.

4

Pembukaan Dokumen Penawaran.

12 Desember 2011

14.30 Wib sampai selesai

.

5. Seseorang dilarang mewakili lebih dari 1 (satu) perusahaan dalam mendaftar dan mengambil dokumen.

6. Dokumen Pengadaan dapat diambil dalam bentuk cetakan, softcopy.

7. Hal-hal lain yang belum jelas, dapat ditanyakan pada saadpendaftaran pada Panitia.

Demikian disampaikan untuk menjadi perhatian.

Padang, 6 Desember 2011

Panitia Pengadaan Barang/Jasa

...selengkapnya...

Ulama Lingkungan Hidup Itu Bernama : RAICHUL AMAR !

Diposting oleh Fakultas Ilmu Budaya - Adab | 16.07 | | 0 komentar »

Dalam Acara Serah Terima Dekan Fakultas Adab yang lama (Drs. Irhash A. Shamad, M.Hum) kepada Dekan Baru (DR. Firdaus, M.Ag), sebagai bentuk APRESIASI, Fakultas Ilmu Budaya-Adab memberikan Penghargaan kepada Dosen Fak. Ilmu Budaya - Adab IAIN Imam Bonjol Padang Drs. H. Raichul Amar, M.Pd (sejak Nopember 2010 : pensiun) yang menerima penghargaan SATYALENCANA Lingkungan Hidup dari Wakil Presiden RI.

Berikut :
Penggalan Tulisan untuk beliau yang juga diposting di Padang Ekspres dan FB Fakultas Ilmu Budaya - Adab IAIN Imam Bonjol Padang.

RAICHUL AMAR : SEONGGOK SEJARAH DALAM MINIATUR YANG PADAT
Oleh :
Muhammad Ilham


Dedikasi (hanya) untuk Bapak Raichul Amar ..... terima kasih atas PIDATO "kocak-inspiratif"nya tadi siang !. Energi Bapak Luar Biasa !

“Begini saja, biarlah saya menjadi ulama lingkungan hidup, karena sudah banyak sarjana IAIN yang menjadi penyambung lidah nabi Muhammad SAW. Karena lingkungan hidup juga berkaitan dengan moralitas ummat manusia”, demikian kata Raichul Amar kepada saya sepulang dari menerima tanda kehormatan Satyalencana Pembangunan 2011. Sebanyak 12 orang yang telah menerima Kalpataru mendapatkan anugerah tanda kehormatan dari Wakil Presiden Boediono. Tanda kehormatan tersebut disematkan oleh Wakil Presiden Boediono di Istana Wapres, Jakarta, pada hari Rabu (23/11/2011). Sebuah penghargaan tinggi bagi “orang IAIN”. Bila Rendra yang seniman dianggap sebagai manusia besar dalam bidang sastra, orang tak akan tercengang. Rendra on the track. Tapi bila Wildan Yatim dan Ajib Rosidi yang memiliki latar belakang eksak menjadi orang besar dalam dunia sastra, itu adalah luar biasa. Demikian halnya dengan Raichul Amar. “orang IAIN” ini besar dalam ranah yang membuat banyak orang bertanya-tanya, “mengapa dari IAIN muncul akademisi-intelektual yang sangat concern dan care dalam bidang lingkungan hidup?”. Dan Raichul Amar yang ulama lingkungan hidup ini – dalam bahasa Sartre – menemukan eksistensi keberartian karir dan pengabdiannya dalam bidang lingkungan hidup tersebut. “Itu gawe saya, karena institusi pendidikan agama (Islam) tidak hanya bicara dalam aspek moral antar manusia dan Tuhan, tapi juga bagaimana bicara tentang moralitas manusia dengan lingkungan”, ujar beliau ketika kali pertama menemui saya untuk bercerita tetang bahagianya ia diapresiasi negara. Sesuatu yang tidak diterimanya dari institusi yang pernah dibesarkannya. Satyalencana (dan sebelumnya Kalpataru) yang disematkan oleh Wakil Presiden tersebut terkesan “senyap” di kampus Lubuk Lintah. “Biarlah saya yang noktah kecil ini memberikan apresiasi dan rasa bangga teramat besar pada Bapak”, kata saya pada sore itu pada beliau.


Asrul Sani, sastrawan dan sutradara film jempolan yang pernah dimiliki Indonesia, begitu sederhana melihat manusia. Bagi putra Rao Pasaman yang merupakan sahabat karib Chairil Anwar ini, jenis manusia itu hanya ada dua : “Ada orang yang menganggap duduk di kursi sebagai sesuatu yang luks, dan berfikir atau berbuat sebagai hal yang biasa. Kemudian, ada yang menganggap duduk di kursi sebagai sesuatu yang biasa, tapi berfikir dan berbuat sebagai sesuatu yang luks”. Satu, berbuat terbaik karena posisi yang diemban, status yang disandang dan fungsi-peran yang dimiliki. Dua, berbuat baik dan maksimal, tanpa tergantung pada posisi dan jabatan yang disandang. Dan, Doktorandus Haji Raichul Amar Em.Pe.De, yang kesehariannya biasa dipanggil dengan Pak Men ini, bagi saya, bila meminjam kategorisasi sederhana Asrul Sani, termasuk insan manusia yang kedua. Menganggap berfikir dan berbuat itu adalah sesuatu yang substansial, memiliki nilai tinggi tanpa harus melihat, posisi dan jabatan apa yang disandangnya.

Jika kita lihat lelaki dengan ransel yang disandang menyilang berjalan menyusuri kampus IAIN Imam Bonjol Padang, hampir setiap pagi dan jelang sore, jika kita ingat sosok berkacamata dengan tinggi sedang yang sangat menyukai olah raga “jalan kaki” yang juga disukai Mohammad Hatta kala dibuang di Bandarneira dulu, kita bisa iri kepadanya. Di usia 65 tahun, doktorandus Haji Raichul Amar Em.Pe.De, tetap energik seperti anak muda (dalam artian positif). Hampir tak pernah – bahkan tak pernah sama sekali – saya melihat beliau menyetir mobil sendirian (bukan berarti beliau tak punya mobil. Mobilnya merasa “sedih” karena tak pernah diduduki doktorandus Haji Raichul Amar Em.Pe.De ini). Selalu mencintai yang namanya “olah raga” jalan kaki. “Menyehatkan badan dan membuat kita senantiasa berinteraksi dengan berbagai fenomena yang terlihat”, katanya suatu ketika kala “mentraktir” saya minum Kopi Gingseng. Karena itu pulalah mungkin, beliau tidak pernah kehilangan stock “menulis”. Ide terus bermunculan, selalu actual. Bila pada umumnya insan akademik selalu menulis dalam bentuk teks-buku, maka “menulis” a-la Doktorandus Haji Raichul Amar Em.Pe.De adalah melalui foto-foto yang indah, “menggigit” dan actual. Dalam sebuah catatan Yurnaldi, seorang koresponden Kompas pada tahun 1995, Doktorandus Haji Raichul Amar Em.Pe.De dianggap sebagai insane akademik yang menyampaikan ide dan gagasannya dalam “ranah” yang dianggap asing oleh mereka yang bergelut dalam dunia akademik. Tapi disitulah kekuatan Ulama Lingkungan Hidup ini. Sesekali, beliau juga berpuisi. Saya tak tahu, darimana beliau belajar menulis puisi. Namun, kala saya membaca autobiografi-nya yang ditulis dalam format puisi serta buku-nya yang berjudul “Sarok”, saya berfikir, kita tak akan gamang bila beliau disandingkan dengan Taufik Ismail dalam sebuah forum seminar tentang pusi, katakanlah demikian.

Waktu demi waktu, energi dan fikiran dicurahkan beliau. Tanpa terasa, sudah 33 tahun beliau yang humoris ini, berkhidmat di IAIN Imam Bonjol Padang. Saya secara pribadi, telah berinteraksi dengannya sejak tahun 1993. Interaksi intens sekitar 10 tahun. Terlepas dari semua kelebihan dan kekurangannya, bagi saya beliau sangat inspiratif. Di akhir beliau berkhidmat, beliau masih sempat menghidupkan sebuah tradisi yang jarang dihidupkan insane akademik, khsususnya di IAIN Imam Bonjol Padang, yaitu “pergi tampak punggung” dengan meninggalkan sebuah teks-buku. Penyair Kahlil Gibran suatu ketika pernah berkata, "Jangan kau tangisi hilangnya harus mawar di taman, tapi tangisilah kehilangan tradisi menanam mawar itu". Bukan harumnya, tapi tradisi untuk menciptakan keharuman itu. Dari mana datangnya harum, bila kita tak menanam sumber harum tersebut ?. Indonesia, dibangun oleh banyak sekali orang, yang beberapa di antara mereka adalah para pecinta buku, para pemamah buku dan para penulis buku. Banyak sekali fragmen sejarah yang bisa menggambarkan hal itu. Saya akan langsung ingat kutipan Hatta yang sangat terkenal : "Selama aku bersama buku kalian boleh memenjarakanku di mana saja, sebab dengan buku pikiranku tetap bebas." Hatta, lewat kutipannya itu, tampak benar sebagai orang yang sangat mencintai dan menghargai buku. Jika ingatan saya tidak berkhianat, kutipan itu muncul dalam buku Memoir yang ditulis Hatta sendiri. Kutipan itu muncul dalam konteks ketika Hatta sedang mengisahkan hari-harinya yang sepi di tanah buangan di Digul pada 1934, yang lantas berlanjut di pulau Ende pada 1936. Saya kira orang tak cukup alasan untuk menyebut kutipan itu tak lebih sebagai sok pamer. Dari buku ke buku, dari tulisan ke tulisan, sambung-menyambung menjadi satu, itulah insane akademik. Sayangnya, itu insane akademik dulu, setidaknya (sekali lagi) apa yang terdapat dan berlaku di sekitar saya. Maka Doktorandus Haji Raichul Amar Em.Pe.De diakhir masa tugasnya kembali menghidupkan tradisi tulis, meninggalkan “ranah” aktualisasi peran formalnya dengan meninggalkan buku Refleksi Pengabdiannya selama ini di IAIN Imam Bonjol Padang. Sebuah usaha mengharumkan tradisi, sebagaimana yang dikatakan Kahlil Gibran diatas.
Itulah Pak Men, selalu memberikan inspirasi bagi orang lain. Tak salah, bila seandainya saya ingin mengatakan, bahwa beliau adalah : “Seonggok Sejarah dalam Miniatur yang Padat”. 33 tahun adalah onggokan sejarah. Dan, selama 33 tahun tersebut, terlampau sedikit yang bisa diceritakan beliau dan yang bisa kita tangkap. Dan Satyalencana yang beliau terima beberapa hari lalu, adalah capaian inspiratif yang beliau suguhkan kala beliau telah pension.

Pak Men, sebagai insane akademik dari sebuah lembaga pendidikan tinggi Islam Sumatera Barat, izinkan saya yang “kopral” ini mengucapkan rasa bangga saya pada anda. IAIN Imam Bonjol Padang telah anda warnai dan menciptakan perspektif unik bagi orang lain, lembaga pendidikan tingi Islam yang pernah dihuni pemenang Kalpataru dan Satyalencana. Dan anda sama sekali tak pernah “merajuk” karena meminta lembaga anda (sekedar) mengucapkan “selamat” dan “rasa bangga” di halaman paling kecil sebuah media massa. Nampaknya anda memegang teguh apa yang telah disabdakan (dalam bentuk improve) John F. Kennedy : “Jangan kau tanyakan apa yang telah diperbuat IAIN padamu, tapi tanyakan apa yang telah kamu perbuat bagi IAIN”

::::: Seluruh CIVITAS AKADEMIKA dan ALUMNI Fak. Ilmu Budaya-Adab IAIN Imam Bonjol Padang mengucapkan Selamat dan Sukses Selalu kepada Bpk.... !

...selengkapnya...

Pelatihan Public Relations 2011

Diposting oleh Fakultas Ilmu Budaya - Adab | 16.05 | | 0 komentar »

Mahasiswa perlu dibekali kemampuan Public Relations (Humas). Kemampuan membangun hubungan yang bagus dengan public (dalam hal ini : masyarakat/stake holder) dan melakukan kampanye publisitas. Disamping itu, PR bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mempersiapkan presentasi, event, serta mengatasi masalah kerja secara menyeluruh. Karena itulah, Pelatihan Public Relations dilaksanakan oleh Fakultas Ilmu Budaya-Adab IAIN Imam Bonjol Padang bagi mahasiswa-mahasiswa semester V dan VII. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 3 Desember 2011 di Aula Fakultas Ilmu Budaya - Adab IAIN Imam Bonjol Padang.


...selengkapnya...

Selama Tahun 2011 ini, Fakultas Ilmu Budaya-Adab IAIN Imam Bonjol Padang telah menyelenggarakan beberapa Praktikum. Praktikum Multi Media, Praktikum Tilawah, Praktikum KeIslaman, Praktikum TOEFL/TOAFL dan Praktikum Kebudayaan serta Praktikum Profesi. Praktikum Multimedia dilaksanakan bagi seluruh mahasiswa semester IV yang dilaksanakan selama tiga bulan (Maret - April 2011). Sedangkan Praktikum Tilawah diperuntukkan bagi mahasiswa Semester I (Februari - Mei 2011). Praktikum Kebudayaan dilaksanakan untuk mahasiswa semester V (Mei 2011), dan Praktikum KeIslaman diberlakukan pada mahasiswa semester IV (Nopember 2011). Demikian juga halnya dengan Praktikum TOEFL/TOAFL untuk mahasiswa semester VII yang diselenggarakan selama dua bulan penuh. Sedangkan Praktikum Profesi, dilaksanakan per-Jurusan pada akhir tahun ini (Nopember-Desember 2011).

Praktikum ini bertujuan untuk menambah dan meningkatkan kemampuan-kompetensi mahasiswa. Bentuk dari kegiatan-kegiatan praktikum tersebut, lihat Album #2.

...selengkapnya...


Makalah, disampaikan oleh Dekan Fakultas Ilmu Budaya Adab, IAIN Imam Bonjol Padang pada Seminar Nasional "Integrasi Ilmu-Ilmu Ke-Adab-an dengan Ilmu-Ilmu Budaya-Humaniora" dalam rangka Musyawarah Nasional II Asosiasi Dosen Ilmu-Ilmu Adab (ADIA) dan Forum Dekan Fakultas Adab se-Indonesia di Yogyakarta 14-16 Oktober 2011

----------------------------------------

Tema “urun rembuk” dalam rangka Forum Dekan dan Temu Nasional ADIA kali ini sebenarnya sudah cukup lama mengapung, karena masalah integrasi keilmuan dan keislaman pada lembaga pendidikan tinggi Islam seolah menjadi keharusan ketika masalah dikhotomi keilmuan muncul kepermukaan, terutama sejak perubahan status beberapa IAIN menjadi universitas. Demikian juga, setelah pemberlakuan gelar akademik untuk semua lulusan fakultas Adab yang tidak lagi menggunakan embel-embel keislaman, tema inipun menguat dalam perbicangan di kalangan akademisi fakultas Adab sendiri.

Khusus masalah integrasi keilmuan pada fakultas Adab sendiri tentu ditujukan agar lembaga ini dapat menghasilkan produk keilmuan serta lulusan dengan kompetensi keilmuan Budaya (Humaniora) yang setara dengan Fakultas Ilmu Budaya lainnya, sekaligus juga memiliki penguasaan yang baik dan mampu mengaplikasikan konsep dan perspektif Islam dalam keilmuan dan keahlian yang dimilikinya. Selain itu, bidang keilmuan budaya (semestinya) tidak diorientasikan untuk menghasilkan praktisi budaya, tetapi justru produk lulusan dengan kapasitas keilmuan yang mampu mengamati, menganalisis dan menemukan solusi atas masalah-masalah kebudayaan yang aktual di masyarakat dengan pendekatan analitik keilmuan budaya perspektif Islam.

Menyangkut upaya integrasi keilmuan budaya dan keislaman, pelaksanaannya tidak semudah yang diperkirakan, karena konsep integrasi memerlukan pemikiran yang komprehensif dan tidak bisa dilakukan secara parsial. Sementara banyak realitas akademik yang selama ini telah terbentuk di tingkat fakultas yang diasumsikan telah dan akan menjadi kendala untuk upaya dimaksud, diantara realitas itu adalah :

1. Masalah Rumpun Keilmuan

Hingga saat ini perbedaan persepsi tentang rumpun keilmuan fakultas masih menjadi masalah yang sulit untuk dipertemukan diantara disiplin keilmuan jurusan-jurusan yang ada. Pada hal, terkait masalah integrasi keilmuan seyogianya lebih diprioritaskan terhadap rumpun keilmuan yang dibidangi, bukan pada disiplin keilmuannya. Persoalan rumpun keilmuan ini selalu saja menjadi perbincangan di kalangan dosen-dosen fakultas Adab sendiri, yaitu antara yang berkecendrungan pilihan kepada Budaya (Humaniora), dan pilihan pada Sastra (Adab). Bila misalnya kita bersetuju dengan keilmuan budaya (humaniora), maka permasalahan integrasi tentu berkisar tentang bagaimana merumuskan perspektif keilmuan Islam dalam metodologi yang berlaku dalam keilmuan budaya (dimana sastra adalah bagian daripadanya), bagaimana pula konsepsi teoritis dari pendekatan keislaman dalam mengamati perubahan sosial dan budaya, dan bagaimana Islam mengajarkan tentang kekuatan perubahan dalam realitas sosial budaya masyarakat. Berangkat dari rumusan itulah kemudian dikembangkan kaidah analisis untuk setiap disiplin keilmuan jurusan yang berada dalam rumpun keilmuan budaya itu sendiri (ilmu bahasa, ilmu susastra, ilmu sejarah, dan ilmu informasi/perpustakaan).

2. Tradisi Akademik Dosen

Tradisi akademik yang sejak lama berlangsung di kalangan dosen fakultas Adab lebih cendrung naratif ketimbang analitis. Hal ini terlihat dari banyak karya ilmiah yang dihasilkan oleh dosen sendiri yang minus metodologi dan teori, demikianpun dalam penyajian materi perkuliahan tentang obyek kajian yang ternyata lebih cendrung bersifat informatif untuk tujuan penguasaan materi daripada melakukan analisis untuk tujuan pengembangan kemampuan menalar mahasiswa melalui aplikasi teori dan metodologi. Ini lebih disebabkan karena lemahnya dukungan kompetensi mayoritas dosen yang mengampu mata kuliah (yang bersifat obyek kajian) dalam mengaplikasikan teori dan metodologi. Keadaan ini, tentu dapat dipahami, karena dosen-dosen pada umumnya adalah juga hasil dari proses pembelajaran yang menganut ‘dikhotomi keilmuan’ sebagaimana yang sudah ditempuh oleh dosen yang bersangkutan pada waktu sebelumnya. Kecendrungan ini bahkan juga telah mewarnai penyusunan syllabi mata-mata kuliah, dimana masalah integrasi keilmuan lebih banyak dijabarkan hanya sebagai penambahan materi keilmuan umum ke dalam pokok bahasan, bukan mengintegrasikannya.

Seyogianya mata kuliah obyek kajian harus disajikan dalam kerangka metodologis dan bersifat analitis, bukan secara deskriptif naratif, karena, kompetensi lulusan pendidikan jalur akademik strata satu (yang bukan vokasi) pada fakultas Adab, tentu yang diharapkan adalah kompetensi penguasaan metodologi keilmuan budaya ketimbang penguasaan terhadap obyek kajian an sich.

Penguasaan metodologi yang baik yang dipadukan dengan konsepsi keilmuan Islam tentu akan menjadikan para lulusan lebih mampu mengimplementasikan pengembangan keahliannya dengan lebih baik terhadap realitas sosial dan budaya yang terus berkembang, daripada hanya menguasai secara baik substansi obyek kajian yang menjadi keahliannya.

3. Masalah Kualifikasi Dosen

Jumlah dosen dengan kualifikasi keilmuan budaya untuk mengampu mata kuliah teoritis relatif masih sangat kurang. Kalaupun ada, itupun biasanya diisi dengan dosen yang direkrut dari lulusan perguruan tinggi umum yang minus penguasaan keilmuan Islam. Komposisi kurikulum hanyalah penambahan mata kuliah umum, bukan mengintegrasikan antara keilmuan dan keislaman, atau tepatnya masih dalam nuansa dikhotomi keilmuan. Pada hal upaya integrasi seyogianya yang diperlukan adalah dosen yang menguasai keilmuan budaya sekaligus memiliki kompetensi keilmuan Islam serta mampu mengintegrasikan keduanya. Kenyataan seperti ini disadari sebagai kesulitan tak terhindarkan saat ini, karena lembaga pendidikan tinggi Islam yang ada belum memiliki kesiapan untuk menawarkan lulusan dengan kompetensi seperti itu, kecuali itu, bila Universitas Islam Negeri nantinya telah menghasilkan lulusan Strata 2 prodi Adab dan Humaniora yang dengan dukungan kurikulum yang dirancang untuk tujuan kompetensi yang dimaksud.

4. Masalah Kelangkaan Referensi

Persoalan lain yang mungkin perlu mendapat perhatian kita untuk kesiapan integrasi keilmuan budaya dan keislaman ini ialah kurangnya referensi yang mendukung tujuan itu. Referensi yang dimaksud adalah referensi dengan muatan konsep metodologi keilmuan budaya perspektif Islam, begitu juga hasil-hasil penelitian tentang obyek kajian yang menggunakan metodologi itu. Kelangkaan referensi ini nampaknya bersumber dari kenyataan bahwa selama ini belum ada upaya yang sungguh-sungguh dari kalangan ilmuan Adab (terutama Guru-Guru Besar) dalam menjembatani kedua bidang ilmu ini untuk melahirkan konsep-konsep dan paradigma metodologi keilmuan dan keislaman itu secara teoritis.

Di samping itu, proses pembelajaran yang berlangsung untuk beberapa fakultas Adab selama ini kurang memberikan ruang secara sungguh-sungguh untuk menggunakan referensi serta mendalami karya-karya besar intelektual Muslim zaman lalu semisal Ibnu Khaldun (untuk Sejarah dan Sosiologi Islam), Al-Biruni (untuk Antropologi Islam), dan lain-lain. Padahal karya-karya tersebut sudah sangat umum diketahui menjadi rujukan oleh ilmuan-ilmuan besar di dunia Barat

5. Otoritas Keilmuan

Lemahnya persepsi tentang fakultas sebagai pemegang otoritas keilmuan telah menyebabkan koordinasi dan sinkronisasi kegiatan kurang diorientasikan kepada upaya penguatan dan integrasi keilmuan dimaksud. Semua orientasi akademik fakultas sudah tentu sangat tergantung dan harus mendapatkan kendali dari pengambil kebijakan tertinggi di fakultas, oleh karenanya kompetensi keilmuan yang dimiliki oleh pengambil kebijakan di sini juga menjadi sangat penting, karena akan sangat menentukan dinamika akademik fakultas secara menyeluruh. Upaya ini terutama diperlukan dalam mensinkronkan semua kegiatan akademik fakultas terkait dengan perencanaan program peningkatan, regulasi, penganggaran, rekruitmen, dsb. Semua itu tentu harus mengacu pada upaya integrasi yang dimaksud.

Akan tetapi dari kenyataan regulasi yang diberlakukan di perguruan tinggi Islam saat ini agaknya hal itu masih belum menjadi pertimbangan. Ini terlihat dari sistem kepemimpinan pada lembaga pendidikan tinggi yang masih sarat nuansa birokratis murni ketimbang nuansa akademisnya, padahal konsepsi “fakultas” tidak sekedar menjadi unit kerja administratif, tetapi lebih pada pengklassifikasian bidang ilmu dimana semua kebijakan pengembangannya lebih diorientasikan pada produk keilmuan.

Selain itu, regulasi tentang standar kemajuan sebuah lembaga keilmuan (fakultas/jurusan) selama ini sering lebih ditentukan oleh keberhasilan kinerja administratif, dan sangat kurang terhadap kreatifitas akademik, lebih kepada konsistensi regulatif daripada inovasi ilmiah, dan lebih cendrung pada kuantitas daripada kualitas dalam mengukur peningkatan kelembagaan, seperti input (mahasiswa), proses pembelajaran, maupun produk (lulusan) yang dihasilkan dan sebagainya.

Epilog : Metodologi Keilmuan Humaniora Perspektif Islam

Integrasi keilmuan budaya (humaniora) dan keislaman hendaklah dipahami sebagai upaya bagaimana menggagas sebuah acuan konsep epistemologi keislaman yang akan dijabarkan menjadi kerangka metodologi untuk mendasari semua aspek telaahan tentang fenomena kemanusiaan.

Metodologi pada dasarnya adalah prosedur penalaran untuk menemukan kebenaran penjelasan tentang kausalitas obyek berdasarkan karakter obyek itu sendiri. Selama ini klaim kebenaran ilmiah tentang obyek manusia/masyarakat, masih didominasi oleh konsep epistemologi yang menjadi acuan tunggal pada metodologi yang digunakan oleh ilmu alam, sebagai yang dikembangkan oleh banyak sosiolog dan antropolog barat, dimana manusia secara individual dipandang tidak memiliki kekuatan kausal dalam kehidupan sosialnya, akan tetapi tunduk pada kekuatan-kekuatan obyektif di luar dirinya (struktur-struktur). Konsep epistemologi inilah yang kemudian mendasari pengembangan kajian tentang perubahan-perubahan yang berlaku dalam obyek manusia, masyarakat, dan juga kebudayaan.

Selain itu, secara ontologis, konsepsi yang dikembangkan oleh ilmuan kemanusiaan dan kemasyarakatan itu, melihat manusia sebagai obyek kajian lebih pada tatanan fisik empirik, dan sangat kurang dalam mempertimbangkan tatanan ideasional spiritual dimana terdapat area yang menggerakkan kebudayaan itu sendiri.

Upaya integrasi keilmuan yang dimaksudkan bukanlah untuk menafikan apa yang kita kemukakan itu. Kaidah-kaidah teoritis keilmuan barat tetap digunakan untuk mengkonsepsikan kaidah-kaidah normatif tentang masyarakat sebagai yang diajarkan oleh Islam, untuk kemudian dirumuskan menjadi sebuah kerangka epistemologi dan metodologi keilmuan Islam yang akan digunakan untuk melakukan telaahan tentang perkembangan budaya dalam masyarakat Islam, dan tidak mustahil juga untuk masyarakat-masyarakat ideologis lainnya. Inilah yang dimaksudkan dengan “Keilmuan Budaya perspektif Islam”.

Dengan keilmuan budaya perspektif Islam itulah kemudian dikembangkan suatu acuan akademis untuk kerangka analisis beberapa disiplin ilmu yang berada di bawah payung ilmu budaya (humaniora) itu sendiri. Dengan demikian diharapkan jurusan Bahasa dan Sastra (Arab/Inggris) misalnya, akan melahirkan lulusan yang memiliki kemampuan memahami fenomena kemanusiaan dan kebudayaan secara kritis melalui telaah kebahasaan dan kesusasteraan dengan perspektif Islam, dan bukan lulusan yang hanya mampu berbahasa Arab/Inggris. Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam dengan lulusan yang mampu memahami realitas manusia dan mengungkap berbagai jaringan yang membentuk keberadaannya sebagai masyarakat serta perubahan yang berlangsung didalamnya melalui perspektif Islam, dan bukan lulusan yang hanya menguasai hafalan-hafalan sejarah. Begitu juga dengan Ilmu Informasi dan Perpustakaan, lulusannya diharapkan memiliki kemampuan mengkaji peran sistem informasi dan perpustakaan sebagai salah satu kekuatan pembangun informasi dalam rangka pencerahan peradaban manusia, dan bukan hanya mampu mengolah sistem pelayanan informasi/perpustakaan secara praktis seperti yang diharapkan pada lulusan vokasi (D.3) perpustakaan.

Demikian juga misalnya, bila fakultas Adab ingin mengembangkan dan membuka beberapa disiplin lain yang berada di dalam wilayah kajian keilmuan budaya, seperti : Philologi, Linguistik, Arkeologi, Filsafat dan sebagainya, maka pengembangan disiplin-disiplin itu tentu juga akan mengacu pada suatu konsepsi yang sama, yaitu metodologi keilmuan budaya yang didasarkan pada konsep epistemologi Islam.

Demikian, wallahu a’lamu bish-shawab.

Yogyakarta, Oktober 2011

@ Irhash A. Shamad


...selengkapnya...

pengumuman

Diposting oleh Fakultas Ilmu Budaya - Adab | 20.28 | 0 komentar »

KEMENTERIAN AGAMA RI.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

“IMAM BONJOL” PADANG

Kampus IAIN IB Lubuk Lintah Padang Telp. (0751) 35711


PENGUMUMAN PELELANGAN UMUM DENGAN PASCAKUALIFIKASI

Nomor: 02/XI/PAN/MOB-RF/IAIN/2011

Panitia Pengadaan Barang dan Jasa IAIN Imam Bonjol Padang Tahun 2011 akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan pengadaan barang sebagai berikut:

1. Nama Pekerjaan

No

Nama Pekerjaan/ Kegiatan

Lokasi

Nilai Total HPS

Klasifikasi/ Kualifikasi

1

Pengadaan Meubilair Ruang Sidang Rektorat dan Fakultas

IAIN IB.Padang

Jl Prof. Mahmud Yunus Padang

Rp.350.000.000,-

Kecil (K)

2. Persyaratan Peserta:

a. Photo copy Tanda Bukti Diri (KTP yang masih berlaku)dan memperlihatkan yang asli.

b. Photo copy Akte Pendirian Perusahaan Beserta perubahan terakhir dan memperlihatkan yang asli

c. Photo copy SIUP yang masih berlaku dan memperlihatkan yang asli.

d. Pendaftar Harus Direktur/pimpinan perusahaan. Bagi yang dikuasakan harus membawa surat kuasa Asli dari Direktur/Pimpinan Perusahaan Diatas kertas berkop dan bermatrei Rp Rp. Rp. 6000 (penerima kuasa harus yang namanya tercantum dalam Akta Pendirian Perusahaan.

3. Pelaksanaan Pengadaan

Tempat dan alamat : Bagian Perlengkapan dan Rumah Tangga Biro AUAK IAIN Imam Bonjol, Kampus Lubuk Lintah Padang.

4. Jadwal Pelaksanaan Pengadaan

No

Kegiatan

Hari/Tanggal

Waktu

a.

Pendaftaran dan Pengambilan Dokumen Pengadaan

Jumat/25 s.d. 29 November 2011

Jam 08.00 s.d. 15.30 WIB

b.

Pemberian Penjelasan

Rabu/30 November 2011

Jam 14.00 WIB s.d. selesai

c.

Pemasukan Dokumen Penawaran

s/d Kamis/1 Desember 2011

Jam 08.00 s.d. 12.00 WIB

d.

Pembukaan Dokumen Penawaran

Kamis/1 Desember 2011

Jam 12.15 WIB

5. Seseorang dilarang mewakili lebih dari 1 (satu) perusahaan dalam mendaftar dan mengambil Dokumen Pengadaan.

6. Dokumen Pengadaan dapat diambil dalam bentuk cetakan atau softcopy.

Padang, 25 November 2011

Panitia Pengadaan Barang/Jasa

Ttd

Ketua Panitia

...selengkapnya...