MagzNetwork

Fakultas Ilmu Budaya-Adab IAIN Imam Bonjol Padang menurunkan Tim Penyuluh Pelestarian Naskah Keagamaan Sumatera Barat di Kabupaten 50 Kota pada hari Sabtu dan Minggu 19-20 Desember kemaren. Tim yang dipimpin oleh Ketua Laboratorium Sejarah Kebudayaan Islam Dr. Danil M. Chaniago ini beranggotakan dosen-dosen muda dan mahasiswa pencinta Naskah, antara lain : Drs. Muhapril Musri, M. Ag. (sekretaris Labor Sejarah), Dra. Riza Mutia (dosen), Sudarman, S. Hum, MA. (dosen) , Yulfira Riza, M. Hum (Dosen), Apria Putra (Mahasiswa), dan Ade Suryani (mahasiswa).

Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan penyuluhan tentang bagaimana melakukan perawatan terhadap naskah-naskah lama keagamaan yang masih tersimpan di masyarakat. Oleh karena itu sasaran penyuluhan ini adalah masyarakat pemilik naskah di daerah-daerah sentra naskah di Sumatera Barat. Untuk tahun ini FIB-Adab memilih Kabupaten 50 Kota sebagai obyek penyuluhan, karena daerah ini dianggap banyak memiliki peninggalan naskah-naskah keagamaan. Menurut Ketua Tim, daerah sasaran penyuluhan
kali ini adalah nagari Tabek Panjang, Koto Baru Simalanggang dan di nagari Taram (terutama Surau Tuo Taram). Tim dalam kegiatan ini, disamping melakukan pencerahan terhadap pemilik naskah tentang pemeliharaan dan perawatan naskah, dan pentingnya naskah sebagai warisan budaya lokal, juga membantu pengklassifikasian naskah-naskah sesuai dengan kontennya masing, serta melakukan pendokumentasian naskah-naskah yang ditemui.

Dari laporan sementara yang disampaikan oleh sekretaris Tim, Drs. Muhapril Musri, M. Ag., pengklassifikasian yang dilakukan oleh tim terdapat bervariasi peninggalan naskah yang ditemukan, yaitu a.l. mushaf al-Quran, kitab Tafsir, kitab Fiqh, Mujarrabaat, Maulud al-Barzanji, kitab ilmu Nahu dan lain-lain sebagainya. Dijelaskan juga bahwa hampir semua kitab-kitab itu dalam keadaan rusak, karena kurang terawat.

Dekan Fakultas Ilmu Budaya-Adab, Drs. Irhash A. Shamad usai menerima Tim mengemukakan bahwa, kegiatan penyuluhan ini adalah merupakan bagian dari program pengabdian kepada masyarakat yang telah dirancangkan oleh Fakultas sejak beberapa waktu yang lalu. Kegiatan ini dimaksudkan sebagai kontribusi nyata FIB-A dalam rangka pelestarian naskah-naskah keagamaan lokal yang menjadi asset kebudayaan Islam yang sangat berharga. Irhash menambahkan bahwa FIB-Adab sebagai fakultas yang membidangi budaya Islam, merasa perlu mengadakan kegiatan penyuluhan ini, karena banyak sekali naskah-naskah lama keagamaan yang tersimpan di masyarakat yang tidak mendapatkan perawatan sebagaimana mestinya, bahkan akhir-akhir ini ada kecendrungan masyarakat menjual naskah tersebut kepada kolektor luar negeri. Karena itu FIB-Adab untuk beberapa tahun ke depan akan memprogram kegiatan yang sama untuk beberapa daerah yang ada di Sumatera Barat. Sementara itu Fakultas Ilmu Budaya-Adab IAIN Imam Bonjol Padang saat ini sedang mempersiapkan terbentuknya Pusat Dokumentasi Kebudayaan Islam yang insya Allah akan diluncurkan pada tahun 2010 mendatang, demikian Dekan mengakhiri.



...selengkapnya...

FIB-Adab Bentuk 6 Konsorsium dan Luncurkan 6 Jurnal Ilmiah

Diposting oleh Fakultas Ilmu Budaya - Adab | 22.03 | , | 0 komentar »

Fakultas Ilmu Budaya-Adab (FIB-A) pada hari ini Kamis 17 Desember 2009 meluncurkan edisi perdana 5 jurnal jurusan dan 1 jurnal mahasiswa, Keenam jurnal tersebut diterbitkan secara bersamaan mulai tahun ini. Peluncuran ini dilaksanakan seiring pembukaan sidang pleno akhir pembentukan 6 Konsorsium disiplin ilmu yang dikembangkan pada fakultas ini.

Dekan Fakultas Ilmu Budaya-Adab (FIB-A) dalam sambutannya pada acara pembukaan sidang pleno tersebut menyatakan rasa syukur dan gembira, karena semua program penguatan keilmuan yang telah dirancangkan untuk tahun 2009, akhirnya dapat dilaksanakan tuntas dengan hasil yang cukup memuaskan. Ini sangat beralasan, karena beberapa waktu berselang pada fakultas ini baru saja berhasil menerbitkan enam jurnal jurusan secara serentak, yaitu jurnal "Diwan" (Jurusan Bahasa dan Sastra Arab), jurnal "Khazanah (Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam), jurnal "Kalamistic" (Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris), jurnal "Akhbar al-Maktabah" (Jurusan Ilmu Informasi dan Perpustakaan), jurnal "Shaut al-Maktabah (Program Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi), dan jurnal "Tsaqafy" (Lembaga Kemahasiswaa FIB-A). Kecuali jurnal Tsaqafy, semua jurnal itu diterbitkan dalam dua edisi. Semua jurnal tersebut diluncurkan secara resmi oleh Dekan pada hari ini sejalan dengan pembukaan sidang pleno akhir Konsorsium Keilmuan Fakultas Ilmu Budaya-Adab(FIB-A).

Menurut Dekan, FIB-A sejak beberapa waktu yang lalu telah merancangkan 6 Konsorsium Keilmuan Fakultas, yaitu antara lain : Konsorsium Ilmu Bahasa, Konsorsium Ilmu Sastra, Konsorsium Ilmu Sejarah, Konsorsium Kebudayaan Islam, Konsorsium Ilmu Informasi, dan Konsorsium Lintas Keilmuan. Pleno akhir yang merupakan rangkaian akhir dari pertemuan-pertemuan tim perumus masing-masing kelompok konsorsium itu diharapkan akan menghasilkan Company Profile masing-masing Konsorsium yang akan menjadi acuan untuk perancangan program-program tahunan konsorsium untuk masa 5 tahun ke depan.

Dengan diterbitkannya jurnal-jurnal jurusan serta terbentuknya konsorsium-konsorsium keilmuan ini, maka lengkaplah fondasi dasar bagi program penguatan keilmuan dan peningkatan kualitas akademik pada fakultas ini untuk masa selanjutnya. Diharapkan bersinerginya masing-masing konsorsium dengan penerbitan jurnal jurusan akan memberi nilai tambah tersendiri bagi kualitas dan kuantitas produk ilmiah oleh dosen pada disiplin masing-masing. Demikian juga upaya peningkatan penguasaan keilmuan dan peningkatan metodologi pembelajaran serta penyempurnaan kurikulum dan pengembangan sistem instruksional lainnya pada setiap jurusan akan menjadi lebih efektif, demikian Dekan mengakhiri.



...selengkapnya...

Memaknai Pergantian Tahun

Diposting oleh Fakultas Ilmu Budaya - Adab | 19.41 | | 0 komentar »

Kutipan Amanat Dekan Fakultas Ilmu Budaya-Adab, Drs. Irhash A. Shamad, M. Hum. Selaku Pembina Upacara pada Upacara Bendera tanggal 17 Desember 2009 di Lapangan Parkir IAIN Imam Bonjol Padang.

Pelaksanaan upacara bendera kali ini, merupakan penutup akhir tahun 2009 menjelang masuknya tahun 2010 Masehi, bertepatan juga, bahwa hari ini adalah hari terakhir tahun 1430 H, di mana saat gurub nanti, kita akan memasuki pergantian tahun Qamariyah 1431 H.

Sebagaimana biasa dalam setiap pergantian tahun kita selalu disarankan untuk melakukan evaluasi atas apa-apa yang telah kita lakukan pada tahun yang berjalan, untuk kemudian mempersiapkan rancangan-rancangan apa yang akan kita laksanakan pada tahun berikutnya. Hal itu tentulah bertujuan, agar kita dapat menciptakan masa depan yang lebih baik dari masa kini. Karena itu, moment pergantian tahun ini, seyogianya tidaklah sekedar transisi perpindahan angka tahun, akan tetapi lebih pada pemaknaan kita terhadap peralihan waktu sebagai wujud terciptanya perubahan ke arah yang lebih baik dalam setiap aspek kehidupan kita.

Dalam rangka momentum pergantian tahun ini, marilah sejenak kita melakukan refleksi atas beberapa pengalaman yang telah kita lalui, baik sebagai sebuah bangsa, maupun sebagai umat yang beragama. Beberapa bulan terakhir, masih segar dalam ingatan kita dua peristiwa penting yang cukup menyita perhatian, yaitu bencana alam yang melanda berbagai daerah secara beruntun dan kisruh politik kalangan elit bangsa yang hingga saat ini kelihatan semakin runyam dan semakin sukar dipahami.

Bencana gempa bumi yang melanda negeri ini pada tanggal 30 September yang lalu, begitu juga beberapa musibah bencana alam yang juga terjadi secara bergantian menimpa beberapa wilayah di Indonesia, cukup menyentak kesadaran spiritual kita, betapa tipisnya batas antara kehidupan dan kematian, betapa kekuasaan Tuhan memiliki kekuatan yang tak mampu dicegah oleh kekuatan apapun di dunia ini, termasuk oleh ilmu pengetahuan dan teknologi sekalipun.

Kekisruhan yang terjadi dalam kehidupan politik bangsa kita dewasa ini, telah makin membuka mata kita tentang berbagai persoalan, mulai dari persoalan ekonomi, hukum dan peradilan, hingga ke masalah-masalah yang menyangkut interes politik dan bahkan moralitas aparat penegak hukum. Terbukanya “kotak pandora” berbagai permasalahan bangsa yang selama ini selalu ditutupi, adalah keniscayaan sejarah pada saat semua telah mencapai titik klimaks. Ternyata kekuatan kekuasaan saja, tidak cukup kuat untuk membungkus sesuatu yang memang seharusnya tidak ditutupi. Ada saatnya kekuatan rakyat yang dipimpin menggugat para pemimpinnya untuk mempertanggungjawabkan atas apa yang telah dilakukan dalam mengurus bangsa ini. Ada saatnya rakyat menuntut hak-hak politik dan hak untuk memperoleh keadilan, pada saat aparat hukum dan elit politik telah mempermainkan hak itu untuk kepentingan diri, kelompok, ataupun untuk kepentingan kekuasaan itu sendiri.

Dalam kesempatan upacara bendera ini, izinkan saya mengajak kita semua untuk memaknai momentum pergantian tahun ini dengan berkaca pada dua peristiwa yang kita sebutkan tadi.

Pertama, dari segi spiritualitas, dengan pengalaman bencana itu, marilah kita meningkatkan kesadaran akan nilai iman dan ketaqwaan kepada Allah SWT, marilah kita aplikasikan kedua nilai itu dalam setiap langkah dan pekerjaan kita. Kita boleh larut dengan urusan dunia, namun tentulah tidak akan menjadikan kita semakin hedonis dan lupa bahwa kekuasaan Allah diatas segala-galanya.

Kedua, dari kekisruhan politik yang terjadi dewasa ini dengan segala bentuk problema yang menyertainya, kita mendapatkan gambaran tentang proporsionalitas hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin dan antara pemegang otoritas dan obyek otoritas itu sendiri. Hendaknya peristiwa itu kita jadikan cermin, bahwa kekuasaan yang dimiliki seorang pemimpin tidaklah bersifat tak tergugat, ia adalah merupakan amanah yang harus dipertanggungjawabkan. Tidak selamanya kepemimpinan itu dapat dibentengi dengan otoritas dan kekuasaan semata, tanpa mempertimbangkan asas keadilan dan kejujuran terhadap yang dipimpin. Pada saat keselarasan hak dan kewajiban antara pemimpin dan yang dipimpin tidak lagi memiliki keseimbangan proporsionalitas, maka itu akan memunculkan disharmoni yang dapat berujung pada krisis ketidak percayaan.

Bila hal itu kita turunkan ke level yang lebih mikro, maka setiap kita, tentunya memiliki wilayah kepemimpinan masing-masing. Agama kita telah mengajarkan bahwa “setiap kita adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya”. Karena itu, seyogianyalah kita melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab wilayah kepemimpinan kita masing-masing, dengan menyeimbangkan antara otoritas dengan hak dan kewajiban yang kita pimpin, untuk kemudian berupaya meningkatkan dan melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, sesuai dengan peran yang kita jalankan masing-masing di masa-masa yang akan datang.
Demikianlah sekedar menjadi bahan renungan kita dalam memaknai pergantian tahun ini. Mudah2an Allah akan memberikan petunjuk bagi kita semua, amin.




...selengkapnya...

"Selamat Jalan".........Ridhatul Akhyar

Diposting oleh Fakultas Ilmu Budaya - Adab | 12.19 | | 0 komentar »

Inna lillahi wa inna ilaihi rooji'un, telah berpulang ke rahmatullah salah seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya-Adab (Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris) Ridhatul Akhyar, pada tanggal 14 Desember 2009 pukul 11.00 WIB. Pimpinan dan segenap civitas akademika Fakultas Ilmu Budaya - Adab merasakan kesedihan yang begitu mendalam karena "kembalinya" Ridha (demikian almarhum dipanggil sehari-hari oleh kawan-kawannya) kepangkuan Ilahi Rabbi cukup mengagetkan banyak orang. Almarhum meninggal karena ditimpa reruntuhan bangunan di Wisma Al-Kahfi. Satu bangunan bertingkat di samping Wisma tersebut mengalami retak pasca gempa 30 September 2009 yang lalu, kemudian ambruk karena tidak kuat menahan beban, maka bagian dinding bangunan dan menimpa Wisma Al-Kahfi pada saat penghuninya masih tidur. Beberapa orang penghuni Wisma ini terluka, namun Ridha-lah yang paling kritis - terjadi pendarahan dalam tubuhnya dan satu dari kakinya remuk, sementara Ridha sejak kejadian itu (pukul 04.00 WIB dinihari) hingga akhirnya menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit M. Djamil Padang, setelah beberapa jam tidak sadarkan diri.

Kepada keluarga (Bpk. Yohannis dan Ibu Nurside) kami berharap untuk tabah menghadapi cobaan ini. Yakinlah Bapak Yohannis dan Ibu Nursida, Ridha bagi kawan-kawannya adalah anak baik dan ceria. Bagi kami, dosen dan karyawan, almarhum adalah tipikal mahasiswa baik dan memiliki jiwa kepemimpinan. Selamat jalan sahabat dan anak kami tercinta, Ridhatul Akhyar. Insya Allah, jenazah akan diberangkatkan dari RS. M. jamil Padang untuk dimakamkan di nagari Paninjauan Solok. Setelah dishalatkan di masjid kampus IAIN Imam Bonjol Lubuk Lintah Padang, diadakan upacara "pelepasan" oleh oleh Rektor IAIN IB dan Dekan Fakultas Ilmu Budaya-Adab sebagai penghormatan terakhir atas nama segenap pimpinan, dosen, karyawan dan mahasiswa FIB-Adab. Kemudian jenazah diberangkatkan menuju Solok dengan diantar oleh pimpinan Institut, fakultas dan Ketua Jurusan BSI serta rekan-rekan sejawat almarhum. Sekali lagi,.. selamat jalan Ridha. Semoga Allah memberikan tempat terbaik bagi ananda. Amin.



...selengkapnya...