MagzNetwork

Pembekalan Praktikum Keislaman

Diposting oleh Fakultas Ilmu Budaya - Adab | 23.35 | , | 0 komentar »


FIB-Adab, Minggu 28 Nopember 2010, bertempat di Aula gedung D FIB-Adab, dilaksanakan kegiatan Pembekalan Praktikum Keislaman bagi mahasiswa semester III S.1 semua jurusan. Kegiatan Pembekalan yang berlangsung satu hari penuh ini diikuti oleh 105 orang mahasiswa semester III semua jurusan dalam rangka persiapan pelaksanaan Praktikum Lapangan yang akan dilaksanakan pada tanggal 4-5 dan 11-12 Desember mendatang, demikian dikemukakan oleh Ketua Panitia Pelaksana Praktikum Keislaman FIB-Adab, Dr. Taufiqurrahman, M.Ag, M. Hum, dalam pengantarnya pada acara pembukaan kegiatan ini. Selanjutnya ditambahkan bahwa mahasiswa praktikum keislaman ini akan dtempatkan di 10 masjid yang terdapat di sekitar Lubuk Lintah dan Anduring dengan didampingi oleh 10 orang dosen pembimbing lapangan.

Dekan FIB-Adab Drs. Irhash A. Shamad dalam pengarahannya pada acara pembukaan pembekalan ini, antara lain mengemukakan bahwa praktikum keislaman ini adalah menjadi bagian dari proses belajar mengajar sesuai dengan kurikulum yang diberlakukan secara resmi di institusi ini. Pelaksanaan praktikum keislaman menjadi salah satu rangkaian praktikum yang wajib diikuti oleh mahasiswa sebelum menyelesaikan studi di FIB-Adab dan merupakan keharusan untuk melengkapi kompetensi utama lulusan PTAI, sehingga lulusan yang dihasilkan memiliki kemampuan praktis dalam memberikan pengayoman dalam kehidupan keagaman di masyarakat nantinya
...selengkapnya...

FIB-Adab Terima Tamu dari Osaka University dan Arsip Nasional Jepang

Diposting oleh Fakultas Ilmu Budaya - Adab | 23.18 | | 0 komentar »


Fakultas Ilmu Budaya-Adab, Jum'at 26 Nopember 2010, menerima kunjungan tiga orang tamu dari Jepang yaitu Itaro Haritomo dan Ikuko Nakajima dari Arsip Nasional Jepang, dan Yumi Sugahara dari Osaka University. Kunjungan singkat ini, selain bertujuan untuk mengenal lebih dekat Fakultas Ilmu Budaya-Adab, juga untuk meninjau penyimpanan naskah kuno yang ada pada Labor Sejarah FIB-Adab. Dalam bincang-bincang yang berlangsung singkat di ruangan Dekan, Yumi Sugahara mengemukakan bahwa Fakultas Ilmu Budaya-Adab IAIN yang berkeahlian dasar agama dan bahasa Arab dianggap lebih memiliki otoritas dalam melakukan ekskavasi, konservasi, dan pengkajian terhadap naskah-naskah keagamaan lokal yang banyak ditulis dalam tulisan dan bahasa Arab. Dekan FIB-A, Drs Irhash A. Shamad juga mengemukakan bahwa FIB-A beberapa tahun terakhir sangat berkosentrasi dalam pengembangan keilmuan Filologi dan pengkajian terhadap naskah-naskah keagamaan sebagai kelanjutan dari upaya fakultas ini dalam pengumpulan naskah-naskah kuno yang telah dilaksanakan sejak beberapa tahun yang lalu. Dalam dua tahun terakhir FIB-A telah mengirim beberapa orang tenaga pengajar untuk mengikuti pendidikan tambahan dalam bidang kajian filologi dimaksud, demikian Dekan. Kunjungan singkat ini diakhiri dengan melihat koleksi naskah keagamaan FIB-A pada Labor Sejarah jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI).
...selengkapnya...

Sosialisasi Gempa dan Tsunamy

Diposting oleh Fakultas Ilmu Budaya - Adab | 13.55 | | 0 komentar »

Bertempat di Aula Fakultas Ilmu Budaya-Adab IAIN Imam Bonjol Padang, dilaksanakan acara sosialisasi dan diskusi penanggulangan bencana gempa dan tsunamy. Kegiatan yang berlangsung dari pukul 09.00 - 11.00 WIB ini dihadiri oleh dosen, karyawan dan mahasiswa. Materi pengenalan dasar dan antisipasi-logis bila gempa dan tsunamy terjadi, diberikan oleh Bpk. Yadrison dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Padang dan Willy Wicaksono dari GTZ (NGO dari Jerman yang memasang Early Warning System di Sumatera Barat). Selain menyampaikan pandangan-pandangan tentang apa itu gempa dan tsunamy serta bagaimana posisi geologis Sumatera Barat (khususnya Kota Padang) terhadap gempa, juga dipaparkan antisipasi-logis yang harus dilakukan bila bencana alam ini terjadi.
...selengkapnya...

Selama bulan Nopember - Desember 2010 ini, Fakultas Ilmu Budaya-Adab melaksanakan beberapa kegiatan praktikum. Kegiatan praktikum ini wajib diambil oleh mahasiswa (kecuali Program Studi D III PAD). Praktikum Tilawah merupakan praktikum yang harus diikuti seluruh mahasiswa Jurusan BSA, SKI, BSI dan IIP semester I. Sedangkan Praktikum KeIslaman merupakan praktikum wajib bagi mahasiswa yang duduk pada semester III. Untuk Praktikum TOEFL dan TOAFL harus diiikuti oleh mahasiswa semester V. Praktikum Tilawah telah dilaksanakan sejak Tahun Akademik 2007/2008, walaupun sebenarnya telah dilaksanakan sejak dulu dalam bentuk mata kuliah - Praktek Tilawah dengan bobot 0 (nol) Sks. Sementara itu, Praktikum keIslaman, untuk tahun akademik 2010/2011 merupakan kali kadua dilaksanakan. Sedangkan Praktikum TOEFL dan TOAFL, tahun akademik 2010/2011 merupakan praktikum yang pertama sekali dilaksanakan selama ini.



...selengkapnya...

Asrul Sani, sastrawan dan sutradara film jempolan yang pernah dimiliki Indonesia, begitu sederhana melihat manusia. Bagi putra Rao Pasaman yang merupakan sahabat karib Chairil Anwar ini, jenis manusia itu hanya ada dua : “Ada orang yang menganggap duduk di kursi sebagai sesuatu yang luks, dan berfikir atau berbuat sebagai hal yang biasa. Kemudian, ada yang menganggap duduk di kursi sebagai sesuatu yang biasa, tapi berfikir dan berbuat sebagai sesuatu yang luks”. Satu, berbuat terbaik karena posisi yang diemban, status yang disandang dan fungsi-peran yang dimiliki. Dua, berbuat baik dan maksimal, tanpa tergantung pada posisi dan jabatan yang disandang. Dan, Doktorandus Haji Raichul Amar Em.Pe.De, yang kesehariannya biasa dipanggil dengan Pak Men ini, bagi saya, bila meminjam kategorisasi sederhana Asrul Sani, termasuk insan manusia yang kedua. Menganggap berfikir dan berbuat itu adalah sesuatu yang substansial, memiliki nilai tinggi tanpa harus melihat, posisi dan jabatan apa yang disandangnya.

Sebagai orang yang sangat “senior” (baik ilmu dan pengalaman), Pak Men diakhir pengabdiannya, perkhidmatannya kata orang Malaysia, terus berbuat seperti Kuda Troya. Jabatan tertinggi yang pernah disandangnya sebagai Pembantu Rektor II serta Dosen Senior dengan golongan IV/c, sudah sepantasnya-lah beliau pada “detik-detik” terakhir sebelum pensiun, hanya menikmati “keseniorannya”. Datang ke kampus, menyapa, memberikan nasehat-nasehat “makro”, atau bertindak sebagai seorang Begawan dalam tradisi cultural perwayangan. Tapi, itu tidak dilakukan oleh satu-satunya dosen IAIN/UIN se-negeri Sumpah Palapa yang memenangi Kalpataru ini. Beliau tetap energik mengelola Jurusan IIP, sebagai ketua Jurusan. Sebuah jabatan yang sebenarnya “jauh” lebih rendah dibandingkan dengan, katakanlah, Pembantu Dekan II Fakultas Adab dan Pembantu Rektor II IAIN Imam Bonjol Padang, yang pernah disandangnya. Beliau tetap menganggap – sejauh yang saya rasakan dari interaksi interpersonal selama ini – jabatan tersebut bukan sesuatu yang luks. Jabatan itu biasa. Karena itu-lah, Beliau tetap energik mengelola Jurusan IIP seperti mengelola IAIN kala beliau menjadi Pembantu Rektor II. Keningnya tetap berkerut, khawatir dan cemas, kala Jurusan IIP mengalami “musibah” izin operasional. Untuk itu pula, beliau mau bolak balik “mancibuak” dan mengurus perizinan tersebut Jakarta-Padang. “Berkeringat” mengembangkan kualitas Jurusan IIP dan D III PAD, yang karena itu pula, beliau harus sering “hinggap” di Unpad dan UI, hanya untuk sekedar menjaga dan memastikan, apakah dosen-dosen Ilmu Perpustakaan Unpad Bandung dan UI Jakarta tetap mau membagi ilmu mereka pada civitas akademika IIP dan PAD. Beliau juga “berpeluh” menjaga hubungan baik dengan institusi-institusi di Sumatera Barat yang berpotensi membesarkan IIP dan PAD, ditengah-tengah keterbatasan financial yang ada. Dan itu beliau lakukan, dalam usianya dan perkhidmatannya yang sebenarnya hanya untuk ukuran seorang Begawan. Sungguh, Asrul Sani, tepat membagi jenis manusia.

Jika kita lihat lelaki dengan ransel yang disandang menyilang berjalan menyusuri kampus IAIN Imam Bonjol Padang, hampir setiap pagi dan jelang sore, jika kita ingat sosok berkacamata dengan tinggi sedang yang sangat menyukai olah raga “jalan kaki” yang juga disukai Mohammad Hatta kala dibuang di Bandarneira dulu, kita bisa iri kepadanya. Di usia 65 tahun, doktorandus Haji Raichul Amar Em.Pe.De, tetap energik seperti anak muda (dalam artian positif). Hampir tak pernah – bahkan tak pernah sama sekali – saya melihat beliau menyetir mobil sendirian (bukan berarti beliau tak punya mobil. Mobilnya merasa “sedih” karena tak pernah diduduki doktorandus Haji Raichul Amar Em.Pe.De ini). Selalu mencintai yang namanya “olah raga” jalan kaki. “Menyehatkan badan dan membuat kita senantiasa berinteraksi dengan berbagai fenomena yang terlihat”, katanya suatu ketika kala “mentraktir” saya minum Kopi Gingseng. Karena itu pulalah mungkin, beliau tidak pernah kehilangan stock “menulis”. Ide terus bermunculan, selalu actual. Bila pada umumnya insan akademik selalu menulis dalam bentuk teks-buku, maka “menulis” a-la Doktorandus Haji Raichul Amar Em.Pe.De adalah melalui foto-foto yang indah, “menggigit” dan actual. Dalam sebuah catatan Yurnaldi, seorang koresponden Kompas pada tahun 1995, Doktorandus Haji Raichul Amar Em.Pe.De dianggap sebagai insane akademik yang menyampaikan ide dan gagasannya dalam “ranah” yang dianggap asing oleh mereka yang bergelut dalam dunia akademik. Tapi disitulah kekuatan Doktorandus Haji Raichul Amar Em.Pe.De. Sesekali, beliau juga berpuisi. Saya tak tahu, darimana beliau belajar menulis puisi. Namun, kala saya membaca autobiografi-nya yang ditulis dalam format puisi serta buku-nya yang berjudul “Sarok”, saya berfikir, kita tak akan gamang bila beliau disandingkan dengan Taufik Ismail dalam sebuah forum seminar tentang pusi, katakanlah demikian.

Waktu demi waktu, energi dan fikiran dicurahkan beliau. Tanpa terasa, sudah 33 tahun beliau yang humoris ini, berkhidmat di IAIN Imam Bonjol Padang. Saya secara pribadi, telah berinteraksi dengannya sejak tahun 1993. Interaksi intens sekitar 10 tahun. Terlepas dari semua kelebihan dan kekurangannya, bagi saya beliau sangat inspiratif. Di akhir beliau berkhidmat, beliau masih sempat menghidupkan sebuah tradisi yang jarang dihidupkan insane akademik, khsususnya di IAIN Imam Bonjol Padang, yaitu “pergi tampak punggung” dengan meninggalkan sebuah teks-buku. Penyair Kahlil Gibran suatu ketika pernah berkata, "Jangan kau tangisi hilangnya harus mawar di taman, tapi tangisilah kehilangan tradisi menanam mawar itu". Bukan harumnya, tapi tradisi untuk menciptakan keharuman itu. Dari mana datangnya harum, bila kita tak menanam sumber harum tersebut ?.
Indonesia, dibangun oleh banyak sekali orang, yang beberapa di antara mereka adalah para pecinta buku, para pemamah buku dan para penulis buku. Banyak sekali fragmen sejarah yang bisa menggambarkan hal itu. Saya akan langsung ingat kutipan Hatta yang sangat terkenal : "Selama aku bersama buku kalian boleh memenjarakanku di mana saja, sebab dengan buku pikiranku tetap bebas." Hatta, lewat kutipannya itu, tampak benar sebagai orang yang sangat mencintai dan menghargai buku. Jika ingatan saya tidak berkhianat, kutipan itu muncul dalam buku Memoir yang ditulis Hatta sendiri. Kutipan itu muncul dalam konteks ketika Hatta sedang mengisahkan hari-harinya yang sepi di tanah buangan di Digul pada 1934, yang lantas berlanjut di pulau Ende pada 1936. Saya kira orang tak cukup alasan untuk menyebut kutipan itu tak lebih sebagai sok pamer. Dari buku ke buku, dari tulisan ke tulisan, sambung-menyambung menjadi satu, itulah insane akademik. Sayangnya, itu insane akademik dulu, setidaknya (sekali lagi) apa yang terdapat dan berlaku di IAIN Imam Bonjol Padang. Maka Doktorandus Haji Raichul Amar Em.Pe.De diakhir masa tugasnya kembali menghidupkan tradisi tulis, meninggalkan “ranah” aktualisasi peran formalnya dengan meninggalkan buku Refleksi Pengabdiannya selama ini di IAIN Imam Bonjol Padang. Sebuah usaha mengharumkan tradisi, sebagaimana yang dikatakan Kahlil Gibran diatas. Itulah Pak Men, selalu memberikan inspirasi bagi orang lain. Tak salah, bila seandainya saya ingin mengatakan, bahwa beliau adalah : “Seonggok Sejarah dalam Miniatur yang Padat”. 33 tahun adalah onggokan sejarah. Dan, selama 33 tahun tersebut, terlampau sedikit yang bisa diceritakan beliau dan yang bias kita tangkap. Selamat menempuh “ranah” yang lain, pak Men. Dan saya yakin, Bapak akan terus inspiratif. “Kenalkan, nama saya Raichul Amar, biasa dipanggil Men !”. Itulah kalimat yang pertama sekali saya dengar dari beliau, ketika memperkenalkan diri, di suatu tempat dan ruangan, kala pertama saya mengikuti tes masuk IAIN Imam Bonjol Padang tahun 1993. Rasanya baru kemaren !

(c) Muhammad Ilham
...selengkapnya...

Pelatihan Public Relation bagi Mahasiswa

Diposting oleh Fakultas Ilmu Budaya - Adab | 20.37 | | 0 komentar »


Public Relation (PR) atau kadang disebut dengan istilah Hubungan Masyarakat (humas) memiliki posisi yang sangat penting dalam organisasi, manajemen dan kepemimpinan, terutama bila sering berinteraksi dengan masyarakat luas. PR sangat menentukan perwajahan organisasi dan style kepemimpinan tersebut di mata masyarakat luas. Hal tersebut disebabkan karena PR-lah yang merupakan salah satu front liner penting dalam berkomunikasi dengan masyarakat. Untuk itu, di dalam sebuah PR sangat penting untuk bisa mengelola manajemen komunikasi. Mahasiswa, sebagai insan akademik yang nantinya berinteraksi dengan masyarakat setelah menamatkan studinya di Perguruan Tinggi, sangat urgen sekali dibekali dengan kemampuan pengelolaan manajemen komunikasi. Karena itulah, Fakultas Ilmu Budaya - Adab melaksanakan kegiatan Pelatihan Public Relation bagi mahasiswa.

Bertempat di Aula Fakultas Ilmu Budaya-Adab IAIN Imam Bonjol Padang, Pelatihan yang dibuka secara resmi oleh Dekan Fakultas Ilmu Budaya-Adab, Drs. Irhash A. Shamad, M.Hum, ini diikuti oleh 36 orang mahasiswa yang merupakan utusan dari masing-masing Jurusan di lingkungan Fakultas Ilmu Budaya-Adab. Kegiatan Pelatihan ini berlangsung selama 2 hari (11-12 Nopember 2010) yang menghadirkan pembicara/narasumber dari lingkungan IAIN Imam Bonjol Padang dan Praktisi PR/EO di Sumatera Barat.
...selengkapnya...