MagzNetwork

Gempa 30 September : "Kehidupan Harus Terus Bergulir"

Diposting oleh Fakultas Ilmu Budaya - Adab | 14.57 | 0 komentar »

Pasca Gempa 30 September 2009 yang lalu, dampaknya hingga sekarang masih terasa. Infrastruktur yang telah dibangun selama ini, banyak yang berantakan. Tak terkecuali IAIN Imam Bonjol Padang dan khususnya infrastruktur Fakultas Ilmu Budaya - Adab. Pasca "dihoyak" gempa itu, beberapa gedung Fakultas Adab banyak yang tidak layak pakai. Gedung Perkuliahan I maupun II banyak yang retak-retak. Sementara Gedung Dekanat, berada dalam kondisi yang memprihatinkan, terutama lantai II (bangunan pemisah antara ruang dekan dengan ruang sisang senat, ambruk total). Demikian juga dengan ruangan lain di lantai 2 tersebut. Sedangkan lantai I Dekanat, sebagaimana halnya Gedung I dan Gedung II (gedung perkuliahan) ada beberapa yang ditemukan retak-menganga.
Disamping infrastruktur Fakultas Adab yang merasakan dampak "hoyak" gempa tersebut, bangunan rumah para dosen dan karyawan fakultas yang tersebar di beberapa daerah di kota Padang, banyak juga yang rusak, bahkan ada beberapa diantaranya yang harus dibangun ulang. Dan yang paling menyedihkan adalah meninggalnya salah seorang anak dari Dosen Fakultas Adab (anak dari Bapak Drs.H. Syamsir Roust, MA). Anak Bapak Syamsir Roust yang dalam kesehariannya ini biasa dipanggil "Buya" tersebut meninggal di tempat kerjanya (ADIRA Finance Sawahan)ditimpa reruntuhan gempa, mayatnya ditemukan 2 hari setelah gempa terjadi.
Secara psikologis, civitas akademika Fakultas Adab (baik dosen, karyawan maupun mahasiswa) banyak yang terpukul. Bahkan ada beberapa dosen maupun mahasiswa yang masih takut untuk kuliah di lantai II gedung perkuliahan maupun di gedung Dekanat. Ruangan Dekan yang ambruk, sekarang dipindahkan ke ruangan Jurusan BSI. Jadi tidaklah mengherankan apabila datang ke Fakultas Adab (dan juga Fakultas-Fakultas lainnya), ada beberapa tenda yang didirikan. Untuk Fakultas Adab, ada dua buah tenda yang menopang proses belajar mengajar. Sulit memang ....... tapi kehidupan harus terus bergulir. Perkuliahan harus tetap jalan. Optimisme harus tetap dihidupkan.

...selengkapnya...

Jurnal Jurusan-Jurusan Fakultas Ilmu Budaya-Adab

Diposting oleh Fakultas Ilmu Budaya - Adab | 17.00 | | 0 komentar »

“Biarlah fenomena alam berjalan menurut takdirnya, sebagai manusia kita juga harus menjaga takdir peradaban ummat manusia”, demikian kata penyair Muhammad Iqbal dalam Javid Namah-nya. Walaupun Kota Padang masih “menangis” karena efek Gempa 30 September yang lalu, walaupun bangunan Fakultas Ilmu Budaya-Adab IAIN Imam Bonjol Padang “begitu letih-lunglai” dihantam gempa tersebut dan butuh waktu untuk membenahi diri, tapi menjaga dan menciptakan iklim intelektual-akademik tetap menjadi sebuah keharusan. Menangislah sang penyair romantik, Gibran Kahlil Gibran dalam dalam salah satu puisinya ..... "jangan kau tangisi hilangnya harum mawar di taman, tapi tangisilah mengapa kita kehilangan tradisi menanam bunga di taman". Salah seorang filosog besar dari Mazhab Frankfurt (Frankfurt Cyrcle),
Theodore F. Adorno, suatu waktu pernah mengatakan bahwa keprihatinan terbesar dunia intelektual bukan terletak pada berkurangnya hasil capaian-capaian terbaru ilmu pengetahuan. Keprihatinan dunia intelektual justru terletak pada kurangnya tradisi tulis. Verba Vallent Scripta Mannent -- tradisi oral-verbal cepat hilang, sementara itu tradisi tulis akan abadi. Semangat dan substansi yang boleh kita ambil dari apa yang dikatakan oleh penyair dari "Paris van Arab" serta apa yang dikemukakan oleh salah seorang peletak dasar Teori Kritisisme diatas adalah bahwa tradisi tulis menjadi sesuatu yang memegang peranan kunci dalam menjaga "ruh" tradisi intelektual. Matinya budaya tulis, akan memiliki konsekuensi pada matinya tradisi intelektual.
Tradisi tulis menempati posisi kunci sebagai penyelamat dan penghidup peradaban manusia. Tidakkah kita ingin dan memiliki keinginan untuk menjadi bahagian dari penyelamat peradaban manusia. Dalam konteks inilah, maka Jurusan-Jurusan di Fakultas Ilmu Budaya-Adab IAIN Imam Bonjol Padang menerbitkan 5 (lima) buah Jurnal Jurusan, masing-masing Jurnal DIWAN (Jurusan Bahasa dan Sastra Arab), KHAZANAH (Sejarah dan Kebudayaan Islam), KALAMISTIC (Bahasa dan Sastra Inggris), SHOUT AL-MAKTABAH (Diploma PAD) dan IKHBAR AL-MAKTABAH (Jurusan IIP). Kelahiran Jurnal ini, disamping menjaga tradisi menanam mawar di taman, menjaga tradisi tulis juga ingin menjadi penyelamat peradaban.


...selengkapnya...